Kamis, 16 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 32-FINAL

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 32-FINAL

Sumber Gambar: SBS


Ibu menyiapkan sarapan sambil mendengarkan berita yang dibawakan Hong Joo.

"Pukul 17.00 kemarin, di parkiran kantor Hangang, Lee Yoo Beom, yang sedang disidang untuk kasus di Mogok-dong membunuh pria bernama Pak Choi yang menjadi saksi di persidangan."


Hong Joo baru bangun dan sepertinya ia bermimpi. Tapi ada yang aneh, catatan mimpinya cuma selembar, biasanya jendelanya penuh.


Hong Joo kemudian menulis mimpinya di kertas catatan seperti biasa.


"Lee Yoo Beom yang menyangkal semua tuntutan telah mengakui kejahatannya setelah ditangkap. Dia dituntut atas manipulasi kasus pembunuhan berantai cairan infus, membunuh Ha Ju Won, pelaku asli kasus pembunuhan cairan infus, dan percobaan pembunuhan Reporter Nam Hong Joo. Penyelidikan jaksa akan segera mendapat kemajuan."

"Kejaksaan menambahkan tuntutan pembunuhan untuk tabrak lari. Dalam kasus manipulasi pembunuhan cairan infus, dia akan menerima hukuman tambahan atas pemalsuan bukti, percobaan pembunuhan, serta pembunuhan tidak berencana."


Hong Joo menempel catatannya di jendela, ternyata tadi ada dua bukan satu, sekarang ditambah satu jadi ada tiga.


Ibu bertanya pada Jae Chan, Yoo Beom akan diperiksa hari ini, bukan?

"Penyelidikan telah selesai, tapi dia bilang ada yang ingin dia katakan." Jelas Jae Chan.

"Dia seharusnya diam. Tidak ada yang perlu dia katakan." Kesal Ibu.


Seung Won menanyakan soal Woo Tak, tidak ikut sarapan lagi kah?

"Sepertinya begitu. Dia tidak menjawab teleponku." Jawab Hong Joo.

Ibu berinisiatif untuk membawakan makanan untuk Woo Tak.


Kita diperlihatkan satu catatan Hong Joo, disana tertulis, "Jangan takut. Aku akan bersamamu setiap hari sampai akhir"


Saat akan berangkat kerja Hong Joo bertanya, apa tangan Jae Chan masih gemetar? Jae Chan mengiyakan, bahkan dokter bilang tangannya tidak kenapa-kenapa, tapi ia tidak mengerti kenapa gemetarnya tidak mau hilang.

"Aku tahu. Dahulu tanganku sering gemetar." Kata Hong Joo.

"Benarkah? Harus kuapakan tanganku?"


Hong Joo menjelaskan kalau itu butuh waktu, tapi Jae Chan pasti bisa meluinya, ia siap membantu.

"kau?"


Hong Joo lalu menggenggam tangan Jae Chan, "Ya. Jadi, jangan takut. Aku akan selalu ada untukmu. Setiap hari, sampai akhir."

"Ah.. Seharusnya aku yang mengucapkan kata-kata itu. kau.."

"Itulah yang kau ucapkan."

"Aku mengucapkan itu? Kapan? Aku tidak tahu kapan. Kurasa satu tahun lagi."

"Kau mendengarnya di mimpimu?"

"Ya. Katamu, kau juga ingin mengucapkan sesuatu kepada dirimu sendiri."

"Apa yang kuucapkan?"


Jae Chan menghadapi Yoo Beom di ruang interogasi.

"Astaga. Ini mengembalikan kenangan. Kini kau jaksa yang menyelidikiku dan aku terdakwa." Kata Yoo Beom.

"Benar."

Yoo Beom melarang asisten Jae Chan mengetik apapun, toh ia sudah mengakui semua kejahatannya. Maka dia pun berhenti atas ijin Jae Chan.


Yoo Beom mengatakan kalau ia tahu apa yang Jae Chan dan yang semua orang pikirkan. "Lee Yoo Beom akhirnya menerima akibat dari perbuatannya. Kini keadilan mengalir dengan benar seperti sungai."


Jaksa Son: Dia menyerahkan segalanya dan menjadi jahat.

Kepala Park: Dia seharusnya memohon ampun. Astaga.


Yoo Beom tersenyum, ia mengingatkan, Jae Chan kelak juga bisa berada di posisinya saat ini.

"Apa maksudmu?" Tanya Jae Chan.

"Puncak masalahnya adalah kasus pembunuhan berantai cairan infus. Aku, seorang jaksa, membiarkan Ha Ju Won lolos, dan keliru menyimpulkan bahwa Myung Yi Suk yang bersalah. Benar kan?"

"Benar. Kalian semua mengurus sekitar 200 kasus per bulan dan beberapa ribu kasus per tahun. Kau pikir kalian mengurus setiap kasus dengan cara yang benar? Sulit mendapatkan nilai sempurna bahkan pada tes diktemu. Di antara semua kasus yang bisa menghancurkan hidup seseorang, di antara ribuan kasus itu, kau yakin tidak pernah membuat kesalahan satu pun?

Ayolah. Jujurlah kepada dirimu sendiri. Beberapa kasusmu pasti bermasalah.

Hai, Jaksa Lee. kau tidak melakukan autopsi dan membuat pernyataan palsu.

Lalu kau, Jaksa Shin! Kau salah mendakwa dan membuat Kang Dae Hee lolos.

Ada cukup banyak kasus yang aku tahu. Sampai kapan kalian akan bertahan? Kalian berdiri di sana hanya karena beruntung kesalahan kalian tidak diketahui.

Alasanku disini karena sialnya, kesalahan penilaianku diketahui. Kurasa.. aku tidak beruntung."


Jae Chan membantahnya, Yoo Beom disini karena Yoo Beom jahat. Saat menyelidiki kasus cairan infus, Yoo Beom menargetkan Myung Yi Suk dan menyesuaikan teka-tekinya. Yoo Beom bahkan memalsukan bukti untuk menyelesaikan teka-tekinya, tapi Yoo Beom tahu selama ini bahwa dirinya salah. Karena itu, Yoo Beom begitu marah kepada mereka.

"Mungkin saat melakukannya kepada kami, kau teringat perbuatanmu. Karena itu, kau marah. Kau tidak marah kepada kami. Kau marah kepada dirimu sendiri. Benar kan?"

"Tidak."

"Kau membenci dirimu sendiri."

"Kubilang tidak!"

"Kau mengira kesalahanmu akan hilang jika menyalahkan orang lain. Kau ketakutan."

"Diam."


Jae Chan: Kau terus bersembunyi dan menutupi fakta lalu merasa makin bersalah setiap harinya. Kau berada di sini bukan karena jawabanmu salah, tapi karena kau memaksakan jawaban salah itu menjadi benar. Kau bahkan harus membunuh Ha Ju Won dan Pak Choi untuk mendukungnya. Kau terus memaksakan jawaban salah menjadi benar. Karena itu, kau berada di sini. Kau bukan tidak beruntung. Kau jahat.


Hari persidangan terakhir Yoo Beom tiba. Jae Chan membacakan tuntutannya.

"Terdakwa, Lee Yoo Beom, seharusnya mencari kebenaran sebagai jaksa, bukan ketenaran dan uang. Hasilnya, pelakunya lolos dan banyak kematian terjadi. Terdakwa pernah menjadi jaksa yang mendakwa orang dan menghukum mereka yang melakukan kejahatan.

Tapi terdakwa meneruskan jalannya meski mengetahui bahwa perbuatannya salah. Saat itulah, dia membunuh dan melukai banyak orang."


"Saya berharap di negara ini, para pelindung hukum akan bertanggung jawab saat menegakkan hukum. Kepada banyak orang tidak bersalah yang tewas karena terdakwa, dengan ini saya meminta maaf sebagai seorang jaksa.

Saya menuntut pendakwaannya. Tolong jatuhi Lee Yoo Beom dengan hukuman seumur hidup."

Jaksa Lee melihat kursi kosong disebelah Hong Joo, ia bergumam, harusnya Pak Choi melihat hari ini.


Jae Chan terbangun karena suara Hong Joo. Hong Joo sedang di kamarnya dan mengemasi buku-bukunya. Hong Joo bertanya, apa Jae Chan masih membaca buku-buku itu?

"Nam Hong Joo?"

"Sudah pukul 11.00. Bangunlah. Kau tidak membacanya selama bertahun-tahun. kau juga tidak akan membacanya dalam tiga tahun ke depan."


Jae Chan sadar ia telanjang, jadi ia turun sambil membawa selimutnya. Ia bertanya, mau Hong Joo apakan buku-buku itu?

"Aku ingin memberikan semua ini kepada Woo Tak. Woo Tak mendaftar sekolah hukum."

"Benarkah? Dia tidak pernah bilang. Kapan dia bilang begitu?"

"Dia mengatakan itu di mimpiku. Dia harus belajar bertahun-tahun tanpa pemasukan. Jadi, bantulah dia menghemat uang buku."

"Baiklah. Tentu saja."


Hong Joo lalu meminta Jae Chan mengambilkan koper. Jae Chan bangkit dan melompat untuk jalan. Ribet, karena ia menggunakan selimut.


Woo Tak berantakan benget, kamarnya gelap, jendelanya gak dibuka dan lampunya tidak dinyalakan.


Kemudian Hong Joo dan Jae Chan datang. Woo Tak bingung, apalagi dirumahnya penuh sampah. Ia membersihkan semuanya dulu sebelum membuka pintu.


Hong Joo masuk dan membuka tirai jendela, ia menghela nafas, "Astaga. Kau sama seperti Jae Chan saat tidak bekerja."

Woo Tak: Apakah itu pujian?

Jae Chan: Pikirmu begitu?


Woo Tak lalu bertanya, apa buku-buku itu? Hong Joo menjelaskan mimpinya bahwa Woo Tak akan kuliah hukum. Woo Tak terkejut, dia? Di usia ini?

Hong Joo: Ya, di usiamu ini, kau mengikuti kuliah bersama para gadis muda.

Jae Chan: Aku iri sekali. Sungguh.

Hong Joo langsung mencubit pinggang Jae Chan dan membuat Jae Chan teriak kesakitan.

Woo Tak: Tidak mungkin. Aku? Kuliah hukum?

Jae Chan: Itu masuk akal. Saat kulihat kau membela Do Hak Young waktu itu, kau lebih mengetahui hukum daripada aku. Kau unggul dalam bidang hukum di akademi kepolisian.

Woo Tak: Bukan hanya hebat, aku yang terbaik.

Jae Chan: Astaga.

Hong Joo lalu menunjukkan makanan titipan ibunya dan mulai sekarang ibunya yang akan mengurus makanan Woo Tak selama Woo Tak kuliah hukum.

Woo Tak: Kalian tidak perlu melakukan ini.


Jae Chan: Semua orang melakukan ini untukmu. Jadi, bersihkan kamar dan bercukur! Kau memberi makan Woo Bin? Dia pasti lapar! Woo Bin-ie, kau sudah makan? Robin! Woo Bin, kau mau berjalan-jalan?

Woo Tak heran, bawaan mereka kan banyak, bagaimana mereka membawanya tanpa mobil?

"Kami punya mobil." Jawab Hong Joo.

"Kalian punya mobil?" Woo Tak heran.


Mobil yang mereka bawa adalah mobil Jaksa Lee dan saat ini Jaksa Lee terpaksa naik bis. Mana ada Ahjusshi yang tidur dan menyenderkan kepala di pundaknya pula. Kasihan..


Catatan kedua Hong Joo, "Itu Woo Tak"


Hong Joo bilang akan menyetir untuk Jae Chan dan saat Jae Chan akan memberikan kunci mobilnya, ia menyadari tangannya sudah tidak gemetar lagi. Hong Joo membenarkan tebakannya, penyebab tangan Jae Chan gemetar itu Woo Tak.

"Sudah kubilang aku bisa membantu tanganmu."

Hong Joo lalu menyuruh Jae Chan saja yang mengemudi. Jae Chan heran, kapan Hong Joo membantunya?

"Sekarang." Jawab Hong Joo. Jae Chan garuk-garuk kepala, gak ngerti.


Di rumah, Woo Tak sudah membersihkan rumah dan sekarang ia mulai belajar buku-buku hukum.


Catatan ketiga Hong Joo, "Ucapkan terima kasih kepada kakakku".


Seung Won memberitahu Dae Gu bahwa Yoo Beom dijatuhi hukuman seumur hidup. Saking senangnya, Dae Gu sampai menangis.

"Apa yang harus kukatakan? Itu bukanlah hal baik." Gumam Seung Won.

"Sampaikan terima kasihku kepada kakakmu."

"Baiklah."


Lalu So Yoon menelfonnya. Dae Gu terkejut mendengar So Yoon menelfon Seung Won. Seung Won mengatakan kalau ia berkencan dengan So Yoon tapi Dae Gu sama sekali tidak percaya. 

==1 Tahun Kemudian==


Jae Chan curhatpagi ini, jika kedua pengantin adalah rekan kerja, bagaimana memberikan angpaunya?

Ibu: Pernikahan temanmu hari ini?

Jae Chan: Aku bingung. Aku tidak tahu bagaimana memberikannya.

Seung Won: Kakak harus memberikan dobel? Atau Kakak harus memisahkannya menjadi dua?

Ibu: Bukankah harus secara terpisah? Kau harus memberikan dobel.

Hong Joo: Apaan sih! Berikan saja kepada yang paling dekat denganmu. Kau pembawa cara di sana. Apa kau harus menyumbang juga?

Jae Chan: Begitukah? Aku tidak perlu menyumbang?

Hong Joo: Ya.


Hong Joo ribut soal bajunya yang masih di tempat laundry padahal ia akan memakainya hari ini ke pernikahan. Ibu menenangkan, ia akan mengambilkan nanti usai mengantar makanan ke Woo Tak.

Sementara itu, Jae Chan lalu membuka laci dan tak sengaja menemukan buku catatan Ibu.

Jae Chan: Ibu, sebentar. Apa ini? Jaksanya aku dan polisinya Woo Tak?

Ibu: I-It-Itu...

Jae Chan: Apa yang Ibu andalkan dari kami?

Seung Won: Tampak seperti skor. Skor Kakak lebih rendah.

Jae Chan: Benarkah? Tampaknya dia menilai kami.

Ibu: Dahulu aku membuat skor itu. Buang saja. Ibu terlambat. Ibu harus pergi. Makanlah tanpa ibu.


Jae Chan terus mengejar Ibu menuntutnya untuk menjawabnya lebih dulu.


Woo Tak berhasil membuat Japcae. Ibu memuji rasanya yang lezat sekali.

"Jika menguasai japchae, itu artinya kau menguasai masakan Korea." Kata Ibu.

"Membuat japchae itu mudah."

"Tidak. Japchae tidak akan dimakan di acara spesial jika mudah dibuat. Polisi Han, kau tidak perlu belajar memasak lagi."


Ah.. ibu sadar kalau ia sekarang harus berhenti memanggil Woo Tak Polisi Han. Ibu bertanya, sebaiknya memanggil Woo Tak apa? Hakim Han? Jaksa Han? Pengacara Han?

"Pengacara Han. Aku lebih cocok membela orang daripada menghakimi orang."

"Pengacara Han. Aku suka itu. Sangat melekat."


Keluar dari tempat Laundry, ibu hampir ditabrak motor, untung ada Dae Gu yang menyelamatkannya.


Ayah pasien yang mati otak itu melihatnya dari dalam taksinya dan ia tersenyum.


Kepala Park mendapat masalah, ia tidak sengaja menabrak taksi orang, padahal ia buru-buru mau ke pernikahan.

Lalu pemilik taksi itu datang, dia adalah Ayah si pasien yang mati otak itu.

"Aku tidak sengaja menabrak mobil Anda. Jadi, ini.."

"Pergi saja."

"Apa?"

"Bumpernya mengalangi jalan Anda. Jika Anda merasa bersalah, lakukanlah hal yang sama jika seseorang menabrak mobil Anda."

"Terima kasih."


Cho Hee melihat itu dan ia tersenyum. Cho Hee ini pekerja kafe yang kakak pertamanya membunuh kakak keduanya, ingat kan?


Hyang Mi ke toko bunga untuk mengambil buket bunga pengantin wanita. Tapi hampir terjadi kecelakaan, bunganya hampir terjepit pintu, untung Cho Hee menahan pintunya.


So Yoon melihat itu dan ia tersenyum.


Hong Joo datang bersama Jae Chan ke pesta pernikahan.


Seung Wo juga mengajak Dae Gu kesana. Dae Gu heran, kenapa ia harus datang?

"Kau harus datang sebagai rekan terdekat kakakku. Dan ada seseorang yang ingin kutunjukkan."

"Kepadaku? Siapa?"


Dae Gu tak sengaja menjatuhkan dasinya, lalu seseorang datang mengambilkannya. So Yoon mengambilkannya dengan anggun, seperti saat Hong Joo mengambilkan syal Hyang Mi waktu itu.

"Ini. Ini dasimu?" Tanya So Yoon.

Dae Gu melongo.


So Yoon kemudian berdiri disamping Seung Won dan merangkul lengan Seung Won. Dae Gu terkejut, di depannya itu beneran Park So Yoon?

"Kau sangat merindukanku?" Tanya So Yoon pada Seung Won.

"Ya, aku sangat merindukanmu." Jawab Seung Won.

"Kalian benar-benar berpacaran?" Tanya Dae Gu.

So Yoon: Kau pikir kami membohongimu? Kau masih mengira ini (foto) disunting?

Dae Gu: Tidak, itu terlihat nyata.


Kemudian Jae Chan dan Hong Joo menghampiri mereka.

"Kau terbang kemari untuk bermain piano di pernikahan ini?" Tanya Hong Joo.

"Ya, ada yang memintaku, dan aku juga punya alasan lain."

"Bagaimana pancuran di kamar mandi asrama sekolahmu? Kau membutuhkan pancuran yang lebih kuat."

"Kotoran itu. Bukankah jelas bahwa itu bukan kotoranku?"

"Entahlah. Itu masih tampak seperti kotoranmu."

"Itu bukan kotoranku!"

"Itu kotoranmu! Ibumu mencoba melindungimu."

"Ibuku bukan orang seperti itu."


Jae Chan lalu merangkul Seung Won untuk meninggalkan mereka.

Seung Won bertanya, Bagaimana kedua pengantin merahasiakan hubungan di kantor?

"Jangan mulai. Mereka tepergok secara menggelikan."


Saat menginterogasi tersangka, Jaksa Lee berhenti sebentar untuk mengoleskan pelembab bibir seperti biasa.

Tapi bukannya pelembab bibir yang ia pakai, melainkan lipstik. Jaksa So terkejut,

"Astaga! Dia memakai lipstikku,  bukan pelembap bibirnya."

Dan begitulah mereka kepergok.


Pemberkatan dimulai, So Yoon bertugas memainkan piano dan Jae Chan pembawa acara

Jae Chan dan Hong Joo baru tahu kalau Chan Ho itu putra Jaksa Son saat mereka berjalan menuju altar. Hong Joo senang karena Chan Ho tampak lebih sehat sekarang.


Saatnya Kiss. Tapi mereka melakukannya dengan sangat kaku, semuanya protes.

Kepal park: Kenapa ciumannya  begitu kaku? Cium lagi seperti pasangan di pernikahan!

Jaksa Son: Anakku melihat kami.

Lalu Chan Ho menutup matanya dan Jaksa Lee beraksi, semuanya berteriak senang.


Selanjutnya waktunya melempar bunga. Hee Min sudah siap menangkap tapi ternyata jatuh ke tangan Jae Chan.

Hee Min memukul Jae Chan kesal.


Dan lemparan kedua jatuh ke tangan Hong Joo. Semuanya kompak mengatakan kalau Jae Chan dan Hong Joo harus menikah. Hee Min sendiri yang kesal menatap mereka.


Hong Joo terbangun dari mimpi buruknya, lalu Jae Chan memeluknya.

"Tidak apa-apa. Semua sudah berakhir. Jangan takut.  Aku di sini bersamamu. Setiap hari sampai akhir. Aku akan di si.."


Jae Chan ingat, itu adalah apa yang Hong Joo katakan padanya setahun lalu.

"Jadi, jangan takut. Aku akan berada di sisimu. Setiap hari sampai akhir."


Jae Chan langsung bangun, jadi sekarang ini kan yang Hong joo lihat dimimpinya setahun yang lalu?

"Ya. Aku memimpikan momen ini setahun yang lalu."

"Dahulu, aku dalam kondisi buruk. Menyalahkan diriku atas masalah Woo Tak dan Pak Choi."

"Ada yang harus kau katakan kepada dirimu?"

"Kepada diriku? Baiklah. Kukatakan kepada diriku.."


"Masalah akan berlalu."


"Ini mungkin tampak  seperti hal besar."


"Saat masalah berlalu, semua bukan apa-apa."


"Kau tidak akan memercayainya, tapi kau akan membicarakannya seperti lelucon. Jadi, suruh aku agar tidak terlalu mengkhawatirkan semuanya. Aku akan membuat keputusan sulit dan itu akan sulit bagiku."


Jae Chan: Setelah setahun, pagi seperti ini juga akan datang.


Hong Joo: Pagi seperti hari ini akan datang. Percayalah pada hari-hari itu dan bertahanlah. Kau memintaku meyakinkanmu  bahwa semua keputusanmu benar. Bagaimana? Itu membuatmu nyaman?


Jae Chan lalu mencium Hong Joo.


Sekarang pun mereka saling berciuman. BTW.. Hong Joo dan Jae Chan sekarang resmi menjadi suami-istri.


Hong Joo: Katakan. Apa semua keputusanmu benar?

Jae Chan mengangguk.

Hong Joo: Keputusan apa yang sama sekali tidak kau sesali?

Jae Chan: Hmmm.. Tidak kusesali? Ah.. Halte bus itu.

Hong Joo: Halte bus?


Saat Jae Chan pertama kali berangkat kerja sebagai Jaksa sebenarnya ia sudah menyetop taksi, tapi ia urungkan.

"Tidak mungkin dia. Seharusnya laki-laki." Gumam Jae Chan.


Lalu ia memilih menghampiri Hong Joo dan duduk disampingnya. Jae Chan tersenyum.

*Jadi.. sejak awal Jae Chan sudah mengingat Hong Joo kah?

-= T A M A T =-

Terimakasih semua pembaca setia Diana-Recap.. sampai ketemu di drama selanjutnya..

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis While You Were Sleeping Episode 32-FINAL

0 komentar:

Posting Komentar