Sinopsis Temperature of Love Episode 2
Sumber Gambar: SBS
Jung Sun sampai di tempat Hyun Soo mengagumi bangunan tradisional tadi tapi Hyun Soo sudah tidak ada di sana. Jung Sun melihat jam tangannya lalu ia kembali jalan.
Sementara itu, Hyun Soo juga terus jalan dan ia tidak tahu arahnya kemana, pokoknya ia jalan terus dan ia baru sadar ia tak membawa ponselnya.
Dan tiba-tiba lampu jalan di depan Hyun Soo berkedip. Hyun Soo ber-huuuu, Menyeramkan.
"Berapa banyak orang terbunuh di tempat ini?"
Hyun Soo lalu berdiri di titik blind spot CCTV. Ia membayangkan kejadian selanjutnya, tokoh utama memancing penjahat ke tempat itu dan..
Tepat setelah itu bohlam lampu yang tadi terus berkedip meletus. Hyun Soo sangat terkejut dan langsung lari terbirit-birit.
Hyun Soo terus jalan pokonya dan ia masih belum menemukan rute larinya. Hyun Soo malah bertemu Ahjusshi yang sedang mabuk, ia kembali lari terbirit-birit.
Jung Sun juga sampai di tempat itu, tapi Hyun Soo sudah tidak ada di sana.
Hyun Soo sebenarnya mendatangi setiap jalanan yang Hyun Soo lewati, tapi sayang, Hyun Soo sudah tidak ada.
Won Joon memberitahu Jung Sun, "Kami di depan istana Gyeongbok, Noona tidak ada. Dia juga belum pulang. Bagaimana ini? Ia mudah tersesat. Ia bahkan lupa tempat sebelumnya."
Jung Sun pun terus mencari dan mencari.
Hyun Soo sudah kelelahan dan saat itu ia menemukan bunya yang tumbuh disela dinding beton. Hyun Soo kagum pada bunga itu yang memiliki semangat bertahan sangat tinggi.
"Aku juga mirip denganmu. Cantik." Kata Hyun Soo.
Dan saat itu, akhirnya Jung Sun berhasil menemukan Hyun Soo. Jung Sun akhisrnya bisa bernafas lega.
Jung Sun pelan-pelan mendekati Hyun Soo, tapi Hyun Soo panik sendiri, ia mengira Jung Sun penjahat karena ia hanya melihat bayang Jung Sun yang semakin mendekatinya.
Hyun Soo menunduk, menutup matanya rapat-rapat dan menutup telinganya dengan tangan.
Jung Sun bersuara, "Kau bisa merasa takut?"
Hyun Soo akhirnya membuka mata, ia kesal karena Jung Sun mengagetkannya. Jung Sun balik marah, kagetnya Hyun Soo itu bukan apa-apa dibandingkan dirinya.
"Kenapa 'Jagi (sayang)' marah padaku?" Tanya Hyun Soo.
"Karena 'Sayang!"
"Bicara apa sih? Maksudku bukan panggilan sayang begitu.
"Lalu sayang bagaimana yang sayang maksud?"
"Aku berkata "Sayang" yang artinya Kamu. Aku tidak bilang "Sayang" seperti pasangan kekasih."
"Sama denganku. Maksudku juga "kamu"."
"Kau ini kenapa? Kita baru saja bertemu, kenapa marah-marah? Aku sangking senangnya aku nyaris memelukmu!"
Hyun Soo mengaku, ia sangat takut tadi, ia terus menerus jalan, tapi cuma berputar di tempat yang sama. Jung Sun tahu sudah berapa lama aku di sana?
"Kami mencarimu selama 3 jam. Won Joon hyung dan Hong Ah juga menunggumu." Jelas Jung Sun.
Hyun Soo lalu meminjam ponsel Jung Sun, tapi Jung Sun bilang tidak punya ponsel. Hyung Soo heran, kenapa? Zaman sekarang masih ada yang belum punya ponsel?
"Aku tidak mampu memilikinya." Jawab Jung Sun.
Hyun Soo mengamati sepatu dan jam tangan yang dipakai Jung Sun, ia tahu harga semua itu lebih mahal dari harga ponsel, tapi kenapa Jung Sun tidak punya ponsel?
"Kita sepertinya tidak sama dalam cara menghabiskan uang kita. Jangan dibahas lagi." Kata Jung Sun.
"Kau tahu, aku biasanya perduli dengan penilaian setiap orang."
"Sungguh? Lalu kenapa berkata begitu?"
"Entah ya."
"Kau tidak tahu?"
"Oh kau ini... punya kebiasaan aneh. Tidak baik mempermainkan kata-kata orang."
"Mari kita kita hentikan saling mengkritik penilaian masing-masing."
"Omo, biasanya aku selalu menghargai penilaian orang."
"Lalu kenapa berkata begitu?"
Hyun Soo tidak bisa menjawab lagi.
Jung Sun mengajak Hyun Soo pergi, tapi sebelum itu ia meminta Hyun Soo untuk mengikutinya melakukan peregangan dulu karena mereka akan berlari.
"Bisakah kita jalan?"
"Tidak bisa!"
Selama kembali, Hyun Soo mencari cara agar Jung Sun masu diajak jalan saja, tidak perlu berlari.
"Hujan!" Kata Hyun Soo.
"Cepatlah. Agar bisa menghindari hujan."
"Aku melihatnya di "Curious World" basah karena jalan dan lari sama saja. Bodoh sekali jika berlari hanya karena ingin menghindari hujan. Aku penggemar berat "Curious World". Ini sudah pasti benar."
Dalam hati Hyun Soo berharap Jung Sun percaya apa yang ia katakan tadi. Ia ingin jalan, ia capek sekali.
Jung Sun malah memutari Hyun Soo, "Kau bodoh, ya? Kalau bisa tiba di tujuan lebih cepat, kau tidak akan basah. Lalu, kau tidak pikirkan soal kecepatan dan waktu? Mungkin "Curious World" tidak mengajarimu hal itu."
"Kau pandai. Ternyata tidak percaya."
"Mendengar itu dari orang bodoh rasanya seperti umpatan."
Hyun Soo tak terima, ia mempertanyakan berapa umur Jung Sun sampai berani bicara padanya seperti itu.
"Kenapa mendadak mengungkit soal umur?"
Tiba-tiba Jun Sun berhenti, ia bertanya, apa Hyun Soo mau ia memagang tangannya? Hyun Soo menjawab tidak mau. Hyun Soo bersyukur, ia juga tidak mau memegang tangan wanita asing sambil berlari.
"Baiklah, ayo lari. Satu-dua, satu-dua." Kata Hyun Soo.
Hujan turun dan mereka berteduh diemperan toko. Jung Sun sibuk memandangi Hyun Soo. Hyun Soo menyadari itu saat ia melihat ke arah Jung Sun, tapi Jung Sun lama baru mengalihkan pandangannya dari Hyun Soo.
Hyun Soo berkata, malam yang tepat untuk membunuh, disana tidak ada CCTV pula. Jung Sun bertanya, siapa yang mau Hyun Soo bunuh?
"Ini pekerjaan rumah dari bos ku. Aku asisten penulis." Kata Hyun Soo menjelaskan.
Jung Sun tiba-tiba mengajak Hyun Soo pacaran.
"Kau gila?"
"Aku tidak gila. Kalau mengajakmu pacaran, aku gila?"
"Tentu gila. Kau tidak waras? au mengajak pacaran wanita yang nyaris tak kau kenal"
"Aku harus tahu apa? Usiamu" Almamater? Usiaku 23 tahun. Sudah wajib militer."
"Sudah, sudah, sudah... Kau masih muda, jadi hanya menilai wanita dari penampilan. jika ingin berpacaran--"
"Memang benar kalau kau cantik, tapi aku tidak akan mengajak pacaran karena wajah cantik. Aku mengerti kau kaget karena tiba-tiba kuajak pacaran. Tapi aku tidak menganggap enteng soal ini."
Hyun Soo bertanya jam berapa sekarang. Jung Sun melihat jam tangannya, lalu menjawab, jam 12:37 pagi. Hyun Soo melanjutkan, mereka bertemu di istana Gyeongbok sekitar jam 7:40 malam dan itu pertemuan pertama kita. Kalau sekarang jam 12:37 pagi, berarti masih belum 5 jam. Selama 5 jam itu, mereka baru bisa ngobrol selama 30 menit. Tapi Jung Sun bilang serius?
Jung Sun menjelaskan, ia hanya butuh beberapa menit untuk menentukan memasak sebagai panggilan hidupnya. Hyun Soo menjawab, cinta pada pandangan pertama adalah cinta berdasarkan penampilan fisik, itu berbahaya
"Karena bahaya, makanya sulit. Karena sulit, aku tidak menganggap enteng. Aku tidak setuju denganmu soal penampilan fisik, karena tidak memahaminya." Balas Jung Sun.
"Kau pandai sekali bicara. Padahal kukira aku bagus dengan kata-kata. Kalau aku lebih muda pasti aku sudah jatuh hati."
"Kalau begitu jatuh hatilah."
Hyun Soo hanya ketawa.
Hujan sudah berhenti dan Hyun Soo kembali jalan duluan. Hyun Soo bertanya kenapa Jung Sun ingin pacaran dengannya? Katanya Hyun Sun tidak berpacaran berdasarkan penampilan.
"Karena aku jatuh hati." Jawab Jung Sun.
Hyun Soo tak mengerti kenapa Jung Sun bicara informal padanya (banmal). Jung Sun menjawab kalau Hyun Soo dulu yang mulai banmal padanya.
"Aku memang lebih dulu menggunakannya. Aku tidak memperhatikan." Jawab Hyun Soo dan ia mulai bicara formal lagi.
Hyun Soo kembali jalan dan Jung Sun mengikutinya di belakang. Jung Sun bertanya, apa Hyun Soo marah karena ia ajak pacaran?
"Rasanya kau menganggapku gampangan. Pria yang lebih muda mengajakku berpacaran. Apa aku terlihat gampangan di depan semua orang? Jadi aku sudah jatuh sejauh ini?"
"Apakah hebat punya usia lebih tua?"
"Siapa bilang bagus?"
"Umur tidak bisa dikendalikan."
"Apa aku minta bantuan? Omo--"
Hyun Soo tiba-tiba terpeleset dan Jung Sun menangkapnya. Layar kembali hitam putih sebentar. Hyun Soo menarik tangannya yang dipegang Jung Sun tapi Jung Sun menahannya.
Jung Sun memastikan, apa sungguh Hyun Soo tidak merasakan apapun? Hyun Soo hanya mampu menatap Jung Sun.
Kemudian Hyun Soo bertanya, bagaimana Jung Sun bisa mengajak pacaran wanita yang namanya saja Jung Sun tidak tahu?
Jung Sun belum sempat menjawab karena mobil Won Jong keburu datang. Won Jong dan Hong Ah keluar, mereka lega karena akhirnya bertemu.
Jung Sun mengatakan namanya pada Hyun Soo, namanya adalah On Jung Sun.
"Siapa namamu?"
"Penawaranmu hari ini... akan kutolak." Jawab Hyun Soo.
Hyun Soo berjalan ke mobil dan Jung Sun memandanginya.
Ibu Hyun Soo memoles bibirnya di kamar mandi.
"Percaya dirilah. Di dunia ini, tak ada yang bisa mengkritikmu."
Ibu menemui Pria bule itu di bar dan kali ini mereka sudah bicara menggunakan bahasa korea. Pria itu bertanya apa di Korea ibu tidak memiliki keluarga?
"Aku punya putra. Hanya dia yang selalu di sisiku." Jawab Ibu.
Jung Sun mengawali hari dengan berolahraga, lalu ia membel ikan di penjual langganannya.
Ide si merah terpilih dan Penulis Park memberinya uang 30.000 won.
"Menurutku akan terlihat bagus. Ini baru draf, jadi kita perlu berikan ke sutradara setelah disunting." Kata Penulis Park.
Si Gendut menambahi, "Menurutku tak perlu banyak di sunting. Sejauh ini sudah bagus. Idenya baru. Ini lebih bagus karena dia bisa membalas dendam dengan kejam."
"Ini sangat kartasis." Jawab Penulis Park.
Hyun Soo tidak setuju, ia pun mengutarakan pendapatnya dengan sangat sopan. "Tapi, dia bukan pemeran utama. Sepertinya terlalu brutal. Adegannya memang bagus, tapi sepertinya merusak tokohnya. Logikanya adalah "Menjadi moster untuk mengalahkan monster". zaman sekarang sedang sering digunakan dalam film dan drama. Kesannya kita hanya mengikuti tren. Penulis sangat baik dalam.."
"Kau... makanya belum berhasil sampai sekarang. Kita tidak mengikuti tren. Kita hanya menggambarkan sifat manusia. Jalan ceritanya berfokus pada itu."
"Sejauh ini, tulisan anda selalu berdasarkan premis sifat alami manusia pada dasarnya baik. Artinya, topik utamanya jadi berubah."
"Kenapa topiknya penting? Yang terpenting adalah pemeran utama. Apa aku perlu mengajari amatir sepertimu dalam proses penyelesaian pekerjaanku?"
"Maaf."
Jung Woo kembali makan siang di restiran tempat Jung Sun berkerja. Manager menawari Jung Woo menu baru, apa Jung Soo mau mencobanya?
"Biar kucoba." Jawab Jung Woo.
Jung Sun yang memasak menu baru itu. Kepala koki mencicipinya dan berkomentar kalau perlu lebih dibumbui. Jung Sun menjelaskan, ia sengaja membuatnya sedikit hambar untuk mengeluarkan rasa halibut.
"Ini pelanggan VVIP. Ia nyaris selalu makan sendirian. Ia tidak suka diganggu saat sedang makan."
"Aneh sekali. Makanan akan terasa lebih baik jika sendirian."
"Jangan bereksperimen dengan makanan. Ikuti saja yang biasa."
"Tolong hormati caraku memasak, Chef!"
"Aku menghormatimu, tapi ini semua demi bisnis."
"Bagiku ini bukan bisnis."
Mereka menyajikan apa yang Jun Sun masak, murni tanpa tambahan bumbu lagi seperti saran Kepala Chef. Jung Sun melihat Jung Woo memakannya.
Tapi ternyata Jung Woo menyisakannya. KepalaChef menghela nafas berat di depan Jung Sun.
Dan saat Jung Woo akan membayar, Kepala Chef melarangnya karena Jung Woo tidak menghabiskan makanannya.
"Pasti anda tidak menyukainya. Sebenarnya, bukan aku yang memasaknya."
"Aku tahu yang memasak adalah chef baru. Rasanya sangat enak. Dia melakukan hal benar dalam mengeluarkan rasa asli halibut. Aku menyukainya."
"Lalu kenapa..."
"Karena harga diriku terluka. Aku tidak suka karena aku memakannya seperti babi."
"Akan kusampaikan padanya."
"Tidak usah, aku akan bicara langsung padanya. Harusnya aku yang memuji masakannya."
Si merah mengomentari makan Hyun Soo yang sangat lahap padahal tadi baru mendapat omelan. hyun Soo menjawab, kena omel dan makan adalah 2 hal berbeda.
"Kau lebih mudah didekati saat makan." Kata si gendut.
"Aku selalu mudah didekati. Eonni saja yang tidak suka padaku."
"Kau tidak mirip penulis. Kau cantik." Kata si Maknae.
Si gendut mendapat telfon, ia masuk nominasi. Si Gendut sangat senang, ia menyampaikannya pada yang lain dan yang lain turut memberi selamat.
Penulis Park keluar karena mendengar ribut-ribut. Si merah menjelaskan kalau Gi Da (Si gendut) dapat nominasi. Penulis Park memberi selamat pada Gi Da.
Ada satu lagi ponsel yang berdering, milik Hyun Soo, semua mengira itu adalah telfon pemberitahuan juga, Tapi ternyata telfon dari adiknya Hyun Soo, si 'pengganggu'.
Semua jadi ketawa, ketawa canggung.
Hong Ah kembali memanggil Jung Sun keluar. Jung Sun sudah memperingati Hong Ah untuk tak memanggilnya keluar seperti ini lagi tapi Hong Ah kok gak paham-paham.
"Aku ingin minta tolong. Aku meminta Hyun Soo eonni untuk datang." Kata Hong Ah.
"Tapi?"
"Hasil kompetisi penulis drama SBC keluar hari ini. Tapi eonni gagal, aku ingin menghiburnya."
"Lalu?"
"Tolong buatkan sesuatu yang pedas. Di menu tidak ada menu pedas. Dia menyukainya."
"Sepertinya kau salah paham. Aku pegawai di tempat ini. Aku tidak bisa membuat makanan di dapur sesukaku."
Saat ini, Hyun Soo sedang bersih-bersih kantor seorang diri lali Joon Ha datang.
"Kenapa seenaknya datang? Siapa yang memberimu sandi pintu?"
"Sung Eun. Hei, katanya Gi Da-ssi masuk nominasi? Kau tahu?"
"Mereka pergi makan. Aku akan menyusul setelah selesai."
"Yaa, kau berhasil masuk semi final. Berikan naskahmu. Oppa akan katakan di bagian mana yang salah. Maka dalam kontes selanjutnya kau lebih baik."
"Fokus saja mengurus karier mu."
"Aah, kau tajam sekali. Kau pasti kesal karena tidak terpilih? Jangan khawatir. Coba kulihat. Abrakadabra. Orang spesial akan datang sebentar lagi."
"Spesial apa?"
Joon Ha mengajak Hyun Soo ke suatu tempat. Pelayan menyajikan kopi dan Hyun Soo mengucapkan terimakasih. Joon Ha memuji Hyun Soo yang sangat sopan.
"Aku perlu sopan agar bisa sukses dalam hidup. Tidak lama lagi, Kau akan debut sebagai sutradara. Kau harus belajar bersikap sopan." Jawab Hyun Soo.
"Pikirkan saja soal debutmu sendiri. Setelah debut kau bisa mencari nafkah. Kau cukup menulis tanpa henti setelah karya pertamamu."
"Pandai sekali memberi nasihat."
"Itu fakta. Sekarang banyak penulis yang mudah mencari uang. Mereka menulis drama rendahan demi uang."
Hyun Soo tak terima, bukan cuma penulis yang membuat drama. Penulis dan sutradara bekerja bersama dalam drama apapun. Apa drama perlu genre tertentu untuk berkelas? Apa harus berhubungan dengan korupsi sosial agar dramanya elegan?
"Menurutku, kau tidak layak mengatakan itu. Kau tak bisa menulis melodrama."
"Makanya aku kesulitan untuk debut. Aku selalu gagal membaca tren yang sudah runtuh sejak lama."
Seseorang sepertinya mendengarkan mereka. Lalu ia berkata, "Aku belum pernah diabaikan seumur hidupku."
Lha! Mereka berdua ternyata ada di kantor Jung Woo, dikirain tadi ada di kafe. Joon Ha minta maaf, mereka selalu berdebat seperti ini kalau bertemu.
"Kau bersikap seolah kita ini akrab." Protes Hyun Soo.
Jung Woo menabak, pasti Hyun Soo ini suka bersikap tepat. Hyun Soo membenarkan. Jung Woo menebak lagi, maka Hyun Soo juga suka bersikap akurat. Hyun Soo kembali membenarkan.
"Bekerjalah dengan kami. Tidak.. Kerjalah denganku." Kata Jung Woo.
"Kenapa?"
Joon Ha menyela, kenapa apa? Harusnya Hyun Soo langsung terima saja. Hyun Soo cuma asisten penulis, jadi tak bisa begitu.
Hyun Soo menjelaskan, anya karena ia asisten penulis, bukan berarti ia harus menerima tawaran apapun. Hyun Soo lalu berdiri karena ia sudah ada janji.
Jung Woo juga berdiri, ia mengulurkan tangan sambil berkata senang bertemu dengan Hyun Soo.
"Maaf. Aku merasa canggung (untuk berjabat tangan dengan Jung Woo)." Jawab Hyun Soo, lalu menunduk dan pergi.
Joon Ha jadi gak enak sama Jung Woo, ia hanya bisa minta maag.
"Dia akan jadi penulis. Sifatnya kurang ajar." Kata Jung Woo.
Hyun Soo datang menemui Hong Ah di restoran. Hyun Soo merasa nyaman disana Hong Ah menjelaskankalau disana itu tempat paling populer di Hongdae. Hong Ah lalu menyuruh Hyun Soo memilih menu.
Hyun Soo membaca semua harganya dan itu terlalu mahal baginya. Hong Ah berkata semua itu wajar karena makanan prancis, Hyun Soo seorang penulis jadi harus makan makanan seperti ini.
"Kau sudah makan, kan?" Tanya Hyun Soo.
"Aku makan salad."
"Ayo pergi. Eonni akan mentraktirmu di sini jika menang kontes."
"Eonni, aku anak orang kaya. Kau lupa?"
"Mana mungkin aku lupa? Pokoknya, aku ingin makan di sini setelah mampu membayari makananmu."
"Mau kemana? Aku akan minta Jung Sun ikut."
"Ambil tasmu."
Mereka jadi makan di pinggir jalan sambil minum soju. Won Jong terus mengirim pesan pada Hong Ah meminta Hong Ah keluar atau ia akan pergi.
"Baiklah."
Hyun Soo kembali makan, ia merasa enakan setelah makan makanan pedas, kepalanya terasa ringan.
"Kenapa Jung Sun belum datang?" Gumam Hong Ah.
"Ayo pergi. Dari tadi ada pria yang menunggumu."
"Maafkan aku, eonni. Rencananya aku mau minum denganmu semalaman."
Hong Ah membayar semuanya lalu mereka pergi.
Tepat saat itu Jung Sun datang. Hong Ah senang dan memaksa Hyun Soo untuk bersama Jung Sun. Hong Ah mengingatkan kalau Hyun Soo selalu salah arah.
Hyun Soo menyuruh Jung Sun pulang saja. Jung Sun bertanya dimana rumah Hyun Soo. Hyun Soo balik bertnaya, kenapa?
"Jangan takut. Aku tidak akan minta pacaran lagi."
"Siapa yang takut?"
"Kau tahu caranya pulang dari sini?"
Hyun Soo: Coba lihat. Aku di Yeouido, dan aku tinggal di Yeonnam-dong. Harus naik bis dari sana.
Jung Sun: Kalau mau ke Yeonnam-dong harus lewat sana (menunjuk arah berlawanan).
Hyun Soo: Tidak benar. Harusnya lewat sana. Meskipun aku buta arah, aku sudah kesini bertahun-tahun. Kau kira aku tidak bisa pulang dari sini?
Mereka pun menuju halte yang ditunjuk Hyun Soo tapi tapi setelah sampaidisana ternyata tidak ada busa menuju Yeonnam-dong. Jung Sun menjelaskan, ia juga tinggal di Yeonnam-dong
"Maaf." Kata Hyun Soo.
Lalu Hyun Soo duduk di halte itu dan mengaku, ia selalu melihat dengan caranya. Jung Sun ikut duduk disamping Hyun Soo, ia juga sama dengan Hyun Soo, selalu melihat dengan caranya.
"Namaku Lee Hyun Soo. Mirip nama laki-laki, kan?"
"Namaku Ohn Jung Sun. Mirip nama perempuan, kan?"
"Kau pernah bilang namamu padaku."
"Aku tahu. Tapi ini adalah awal baruku."
"Sepertinya kau mudah melupakan orang."
"Kalau tidak, aku tak bisa melanjutkan hidup."
Hyun Soo kembali mengakui, saat ia keluar dari perusahaannya, ia kira bisa langsung jadi penulis. Ia meremehkan hidup. Sebelumnya ia tidak pernah gagal dalam tes.
"Aku suka Yeouido." Tiba-tiba Hyun Soo akan menangis, "Saat aku menang dalam kontes menulis... aku janji akan menari di taman Yeouido. Tapi, sepertinya tidak akan terjadi."
Hyun Soo merasa seperti ngengat harimau di kebun... yang terbang ke api meskipun tahu akan mati. Hyun Soo berusaha tersenyum untuk membendung airmatanya.
"Tapi... meskipun tahu akan mati, Aku tetap pergi ke api."
Ibu Hyun Soo menelfon seseorang, "Karena kau tidak menelpon, sepertinya kau tidak menemukannya. Setidaknya kau temukan rekening bank nya. Itu kemajuan. Tolong percepat. Aku rindu... putraku."
Ternyata Ibu bersama pria bule itu di hotel.
Jung Sun membawa Hyun Soo ke taman Yeouido. Hyun Soo bertanya, kenapa ke sana?
"Berlatihlah menari di sini, sebelum menang kontes di stasiun TV."
"He he Kau gila ya?"
Tapi Hyun Soo mulai menggerakkan jari tangannya lalu kakinya. Jung Sun tersenyum. Layar kembali hitam putih sejenak saat mereka saling menatap.
0 komentar:
Posting Komentar