Sumber Gambar: SBS
Jung Sun tiba-tiba menggendeng Hyun Soo. Hyun Soo bi;ang todak perlu bergandengan tangan, maka Jung Sun pun melepaskan tangan Hyun Soo. Jung Sun kesal, apa bergandengan tangan mengusik Hyun Soo? Jadi Hyun Soo tidak menganggapnya kesal?
"Kau kesal aku menolakmu?"
"Hanya orang gila yang tidak kesal."
"Jadi kau serius, ya?"
"Kau tidak menganggapku serius?"
"Kau selalu saja membantah."
"Kau selalu saja membuatku membantah."
Hyun Soo hanya bisa ketawa, ia tidak lagi bisa menjawab Jung Sun.
Jung Sun akan memperjelas, ia bukan tipe orang yang menempeli wanita yang sudah menolaknya. Hyun Soo menjawab, ia suka itu. lalu Jung Sun meminta Hyun Soo untuk mengikutinya.
Jung Sun membawa Hyun Soo ke taman. Jung Sun meminta ponsel Hyun Soo. Hyun Soo memeberikannya, tapi ponsel Hyun Soo bersandi jadi Jung Sun mengembalikannya agar Jung Sun membuka sandinya dulu.
"Kau tahu cara menggunakan ponsel?"
"Bicaramu mulai santai."
Jung Sun memilih sebuah lagi dan memutarnya, lagu yang cocok untuk menari balet. Jung Sun meminta pendapat Hyun Soo, cocok untuk menari kan? Dan Jung Sun mulai menggerakkan tubuhnya seperti seprang balerina.
"Berlatihlah di sini, sebelum menang kontes di stasiun TV." Kata Jung Sun.
"Kau benar-benar gila."
"Kau masih belum gila? Kalau tidak gila, bagaimana bisa sukses?"
"Ha Ha Siapa bilang aku tidak gila? Aku ini gila, sungguh gila. Tapi aku tak mau menari." Hyun Soo lalu berlari.
Mereka sampai di pertigaan, arah rumah Hyun Soo ke kaman dan Jung Sun kek kiri jadi mereka harus berpisah.
"Kalau begitu pergilah, terima kasih untuk hari ini." Ucap Hyun Soo.
"Terima kasih untuk apa?"
"Tidak tahu. Terima kasih untuk apa?"
"Aku pergi."
Dan Jung Sun pun mulai berjalan, Hyun Soo baru menjawab terimakasih untuk apa, karena Jung Sun sudah menghiburnya.
Tapi Jung Sun tidak berbalik, hanya melambai sambil berkata Hyun Soo cepatlah masuk.
"Aku tidak akan masuk." Jawab Hyun Soo.
Tapi Jung Sun tetap terus berjalan. Hyun Soo tersenyum menatap punggung Jung Sun.
Adik Hyun Soo, Hyun Yi sudah bangun da sudah selesai mandi tapi Hyun Soo masih tertidur. Hyun Yi kesal, mengatai Hyun Soo bukanlah manusia dan membangunkannya dengan kaki.
"Yaa, Yaa, Yaa! Cepat bangun! Kau pecundang sekali. Masih bisa tidur? Masih bisa tidur padahal gagal masuk nominasi?! Kalau aku, pasti sudah bunuh diri."
Hyun Soo tidak tahan lagi, ia pun bangun dan bergumam, "Gadis jahat."
Hyun Soo akan keluar, tapi Hyun Yi memintanya membuat sarapan, Hyun Yi mau berangkat kerja. Hyun Soo langsung balik arah menuju dapur.
Hyun Soo membuka roti tapi Hyun Yi meminta nasi. Hyun Soo pun meletakkan rotinya dan memasak nasi.
Hyun Soo keluar untuk membuang sampah dan setelahnya ia tak sengaja bertabrakan dengan adiknya. Adiknya marah karena sampah bisa mengenai bajunya.
"Kenapa pembuangan sampah ada di depan rumah?" Tanya Hyun Yi.
"Karena lebih nyaman buat buang sampah di sini dan pengambil sampah."
Hyun Yi menunduk ramah pada pembuang sampah yang lain, tapi pada kakaknya ia kembali jutek, "Kalau rumah kita milik anggota kongres, tidak ada yang berani buang sampah di sana."
"Itu yang di sebut dengan sindrom NIMBY. Kau harusnya memikirkan tetanggamu bahkan jika kau merasa tidak nyaman."
" "Apa itu sindrom NIMBY" Beraninya memberiku nasihat! Ini sebabnya kau selalu gagal dalam kontes menulis. Kau tidak bisa memahami perasaan orang, mana bisa kau menang?"
"Kau perlu dipukul."
Hyun Soo meletakkan bak sampahnya kesal, ia sudah menahan diri cukup lama, ia biarkan Hyun Yi mempermalukannya karena ia tidak bisa membayar sewa. Tapi, tidak bisa lagi. Ia tahu betul diri Hyun Yi, apa yang paling Hyun Yi takuti.
"Ap--apa?" Hyun Yi mulai terancam.
"Kau takut sekali malu, mari kuberi kau pelajaran."
Dan Hyun Soo mulai menjambak Hyun Yi. Hyun Yi panik, meminta Hyun Soo melepaskannya karena orang-orang pada melihat mereka.
"Yaa, hentikan. Aku mengerti, hentikan! Orang-orang melihat!"
Hyun Soo malah ketawa, ia sengaja agar orang-orang melihat. Hyun SOo lalu mengenalkan Hyun Yi pada orang-orang, Hyun Yi adalah seorang guru.
Hyun Yi makin kesal, ia pun menjambak Hyun Soo balik. Hyun Soo tak mau kalah dan ia menendang Hyun Yi sampai jatuh ke tumpukan sampah.
Hyun Yi menangis, harusnya Hyun Soo itu bersikap seperti seorang kakak.
"Makanya jangan main-main dengan aku. Aku tidak ada ruginya! Aku tak perduli pendapat--"
Hyun Soo bisa berkata seperti itu sebelum ia melihat ada Jung Sun memperhatikannya. Hyun Soo sangat malu, ia berbalik dan menutup wajahnya.
Jung Sun menyapa Hyun Soo, "Anyyonghaseo!" Jadi mau tak mau Hyun Soo berbalik untuk membalas sapaannya. Hyun Soo menjelaskan Hyun Yi itu adiknya.
"Ooh..." Tanggapan Jung Sun, tapi Hyun Yi tiba-tiba berteriak, "Yaaa!!"
"Sepertinya ini caramu menunjukan kasih sayang pada adikmu?" Tanya Jung Sun.
Hyun Soo lalu membantu Hyun Yi berdiri, "Aku sayang sekali padanya. Aku lebih sayang..."
Jung Sun tersenyum dipaksakan, lalu pamit. Segera setelah itu, Hyun Sooo mendorong adiknya menjauh.
Kepala Chef menyuruh semuanya segera bersih-bersih dan makan siang. SousChef mendekati Jung Sun yang masih sibuk, bertanya apa Jung Sun sudah memeriksa bahan-bahan?
"Tentu saja. Kita perlu lebih banyak puree kentang." Jawab Jung Sun, lalu ia meminta seseorang yang ia panggil Sung Won-ssi untuk menyiapkan puree kentang setelah makan siang.
SousChef kelihatan banget iri sama Jung Sun, ia bertanya pasti Jung Sun senang kan hidangan halibutnya laris dan sudah mau habis?
"Kita sudah menggunakan beberapa porsi yang di siapkan untuk makan malam. Kalau sudah habis, aku akan menghentikannya. Semua bahan hari ini adalah yang terbaik di pasar ikan." Jawab Jung Sun.
Jung Sun lalu mendekati Sung Won untuk membantu mencuci piring. SousChef menggerutu, makanan hambar begitu dimana enaknya?
"Aah, selera orang semakin aneh."
Staff dapur masuk dengan buru-buru sambil memanggil Jung Sun, ia membawakan hadiah dari tamu VVIP untuk Jung Sun. Jung Sun membukanya dan isinya adalah Truffle (Sejenis jamur) yang harganya sangat mahal bisa sampai 1,000-2,000 dolar.
Jung Sun menutup kotaknya kembali dan itu membuat Souschef bertanya, apa Jung Sun akan memakannya sendiri? Jung Sun tidak menjawabnya, ia memasukkan kotak itu kembali ke dalam tasa dan bertanya tamu VVIP itu dimana?
Tamu VVIP yang memberi hadiah itu ternyata adalah Jung Woo. Jung Sun mengejarnya yang akan naik mobil untuk mengembalikannya.
"Hadiah adalah penghargaan dari seseorang. Penghargaanku lebih besar dibandingkan hadiah itu. Aku penggemarmu." Kata Jung Soo.
Jung Sun meninggalkan hadiah itu disamping Jung Woo, lalu berjalan kembali masuk.
Jung Woo bertanya, apa Jung Sun takut jika ada yang menyukainya? Jung Sun pun berbalik, apa Jung Woo sedang meledeknya?
"Aku serius. Apa terdengar seperti meledek?"
"Ooh, menggelikan sekali. Kenapa berbuat begini?"
"Aku akui memang terdengar agak menggelikan."
Jung Woo menjelaskan, ia orangnya memang seperti ini, kalau merasa berhutang pada seseorang, ia tidak bisa tinggal diam, ia akan teringat terus pada orang itu.
"Perkataan itu justru lebih menggelikan." Jawab Jung Sun.
"Kenapa aku terus menggunakan kalimat yang kupakai saat menggoda wanita?"
Jung Sun tersenyum.
Jung Woo lalu mengeluarkan kartu namanya, mengenalkan namanya dan bertanya siapa nama Jung Sun. Jung Sun heran, Jung Woo bahkan tidak tahu namanya dan memberinya hadiah semahal itu?
"Ini perasaanku. Aku kira banyak Chef yang suka diberi hadiah begini. Aku salah?"
"Aku bilang berlebihan, bukannya aku tidak suka."
"Kalau orang bersikap agresif pada orang yang bersikap baik, kemungkinannya 1 dari 2. Kau sangat menyukaiku atau sangat membenciku."
"Namaku Ohn Jung Sun."
" "Ohn"? Aku tidak tahu ada marga Ohn."
"Ada jendral terkenal bermarga Ohn Dal."
"Aah, jadi Ohn Dal leluhurmu?"
"Leluhurku berasal dari Gyeongju, dan leluhur kita adalah On Gun Hae. Ia terbunuh saat Silla dikuasai oleh Ratu Jin Deok. Dia dibunuh atas nama Kim Choon Choo oleh tentara Goguryeo. Dia dalam perjalanan kembali dari Dinasti Tang dengan Kim Choon Choo."
"Hanya orang yang tinggal dengan kakek mereka yang tahu hal seperti ini. Kau tinggal dengannya?"
"Aku belum tinggal dengannya, tapi dia memang sayang padaku. Aku anak laki-laki tunggal tertua."
"Kalau begitu dia pasti menentang mimpimu memasak."
"Ayahku menentangnya. Kakekku selalu berpihak padaku. Meskipun Ia sangat ketat pada ayahku."
"Kau menyukaiku? Kenapa cerita soal dirimu ke aku? Apa biasanya orang baru kenal bercerita begini? Aku tidak suka orang gampangan."
"Ini datang murni dari ketulusan. Menurutmu aneh? Aku tahu. Lihat kartu nama pemberianku."
" "On Entertainment"? "
Jung Woo menjelaskan Selama 10 tahun, ia berencana menamai perusahaan baruku "ON". Selalu terjaga dan waspada "On"! Tapi setelah dengar namamu, Ohn Jung Sun, aku merasa kalah. Ah!! Ia ternyata tak bisa menang dari orang ini.
"Kenapa? Karena namaku mirip jendral On Dal?"
"Bingo."
Jung Woo mengajak Jung Sun berteman saja. Siapa tahu, Jung Sun akan membuka restoran miliknya sendiri? ia bersedia investasi.
"Kau berencana sendiri. Terima kasih sudah suka makananku."
"Baiklah, hari ini sampai di sini saja."
"Permisi."
Jung Woo meminta Jung Sun menunggu, ia mengambil hadiahnya yang tadi Jung Sun tinggalkan.
"Tolonglah... bisa terima ini?"
Jung Sun tersenyum.
Hyun Soo disapa oleh Joon Ha di gedung kantornya. Hyun Soo sangat terkejut, kenapa Joon Ha ada disana. Kemudian Sutradara lewat di depan mereka, Hyun Soo menyapanya sopan tapi SUtradara hanya menjawab singkat dan berlalu.
"Suasana hatinya pasti jelek. Kenapa kau tidak syuting?" Tanya Hyun Soo.
"Katanya Ia tidak bisa syuting dengan naskah yang ada."
"Lalu bagaimana? Apa penulis tahu?"
Joon Ha tidak bisa menjawab karena ia keburu dipanggil sutradara untuk bergegas.
Jung Sun sedang membaca resep dari koki internasional tapi tiba-tiba Souschef membawa sebaskom kentang rebus dan menyuruhnya untuk membuat puree kentang.
"Bukankah itu tugas yang termuda?" Tanya Jung Sun.
"Kau saja yang buat. Sejak kapan kau patuh pada aturan?"
"Tapi ini pelatihan khusus untuk anak termuda."
"Lakukan saja yang disuruh, Posisimu tidak tepat mengajari orang."
Lalu Won Joon datang menyela mereka. Won Joon menyapa Jung Sun lalu mengenalkan diripada Souschef.
"Halo, aku senior Ohn Jung Sun. Namaku Choi Won Joon."
"Yaa, kenapa banyak sekali yang mendatangimu ke dapur?"
"Apa kau sering minum alkohol?"
"Kenapa?"
"Kau tampak sedikit kuning."
Won Joon mengeluarkan senternya dan mulai memeriksa Suoschef. Souschef mundur, waspada. Won Joon menjelasksn, ia adalah seorang dokter.
"Kau mudah mendapat lingkaran hitam di mata dan kesulitan karena terlalu lelah?" Tanya Won Joon.
Souschef bingung awalnya tapi kemudian mengiyakan, apa ada masalah?
"Sepertinya hatimu bermasalah."
"Hati... ha--hati?"
"Mungkin cuma sementara, tapi pergilah lakukan pemeriksaan."
"Ah, ya. Terima kasih."
"Tak apa."
Lalu Souschef buru-buru keluar.
Jung Sun bertanya, apa Souschef benar-benar tidak sehat? Won Joon tidak yakin, ia cuma menebak karena Souschef terlihat sering minum alkohol. Apa Jung Sun cemas pada orang yang jahat padanya begitu?
"Dapur soal lain, sakit soal lain."
"Mau aku memukulnya?"
"Kalau dipukul apa masalah selesai?"
Jung Sun dari tadi memotong kentang setelah Souschef pergi. Won Joon kagum karena potongan Jung Sun bagus sekali.
"Ini mudah sekali." Kata Jung Sun, tapi tepat setelah ia berkata itu, ia mengiris jarinya.
Won Joon khawatir, apa Jung Sun baik-baik saja. Jung Sun mengatakan itu terjadi karena ia pamer, hidupnya penuh dengan hukuman retributif.
Sutradara bicara dengan penulis Park, "Tidak ada keadilan retributif". Sutradara tak mengerti, bukannya Penulis Park bilang ingin menunjukan bagaimana pembalasan dendam dari orang baik hati?
"Aku menunjukannya dalam cerita, sutradara."
"Ia mencakar wajah orang dengan cakar besi, apa bedanya dengan drama balas dendam lainnya? Aku tidak berharap ini dari penulis, tapi ternyata kau cukup kejam."
"Bukan aku yang kejam, tapi sifat alami manusia. Aku mencerminkan sifat alami manusia dalam drama."
"Jadi, kau ingin tetap melanjutkan naskah ini?"
"Astaga!"
Sutradara meminta Joon Ha untuk mengataka apa yang Joon Ha katakan sebelumnya. Joon Ha gak paham yang mana, Ia bilang tidak menarik?
Dan perkataan Joon Ha itu mendapat hadiah cubitan dari Hyun Soo. Hyun Soopura-pura tidak melakukan apa-apa saat Joon Ha teriak kesakitan dan memandangnya.
Sutradara mengingatkan, mereka sudah membuat perjanjian, "Sifat alami manusia tidaklah jahat", Penulis Park berjanji soal manusia terbaik di dunia. Tapi apa ini? Kenapa melepaskan yang sudah Penulis Park janjikan?
"Sebenarnya, ini yang kumaksud.... Aku akan memperbaiki naskahnya di bagian yang kurang menarik."
Won Joon menggantikan Jung Sun memotong kentang dan ternyata ia hebat juga. Jung Sun memujinya.
"Sudah kubilang dulu aku ingin jadi koki."
"Lalu kenapa berubah pikiran?"
"Keluargaku melarang. Impian ayahku adalah 3 putranya bekerja di rumah sakit."
"Jadi impian hyung adalah mewujudkan impian ayahmu?"
"Setelah kupikir, benar juga."
"Ini juga bagus. Apapun mimpinya, harus diwujudkan."
"Aku bisa melakukan yang kau mau dan aku mengikuti keinginan ayahku. Itu beda."
"Kalau begitu jangan lakukan."
"Ya, kau benar. Itu tidak semudah omonganmu."
"Aku satu-satunya anak laki-laki keluarga Ohn di Andong. Kau kira mudah? Itu sulit karena kau tidak bertindak sesuai keinginanmu."
Won Joon mengunci leher Jung Sun dengan lengannya. Jung Sun kesakitan. Won Joon jadi merasa bersalah karena niatnya hanya bercanda, ia pun melepaskan Jung Sun.
Ponsel Won Joon berdering, ada pesan masuk dari Hong Ah, "Akhir pekan kau akan ke Seoul?"
"Tidak datang. Aku ke Seoul karena sedang cuti." Jawab Won Joon.
Won Joon menjelaskan pada Jung Sun, ia menyukai Hong Ah, tapi bagi Hong Ah ia cuma rumput tak bernama.
"Rumput tak bernama... bukan bunga, tapi rumput. Rumput tak bernama rasanya seperti apa? Apa bisa dimakan?" tanya Jung Sun.
"Aku membicarakan kehidupan cintaku. Jangan mengganti tokoh."
Jung Sun hanya ketawa.
Hong Ah sedang di kafe, ia menulis tapi pikirannya buntu. Dan tiba-tiba pelayan mengantarkan minuman yang tidak ia pesan.
Pelayan menunjuk orang yang memesan minuman itu. Seorang pria yang mengirimkan hati untuk Hong Ah. Hong Ah hanya tersenyum simpul.
Pria itu menghampiri Hong Ah, "Kau penulis?" Hong Ah menjawab tidak, belum sih tepatnya.
"Mau di kirim ke stasiun TV SBC? Aah, pamanku produser di SBC."
"Ah, begitu?" Hong Ah pura-pura ramah.
Pria itu lalu duduk di depan Hong Ah dan Hong Ah menghela nafas tak suka. Pria itu akan mengenalkan Hong Ah pada pamannya kalau Hong Ah mau.
Tapi Hong Ah malah membereskan barang-barangnya. Pria itu tak mengerti, Hong Ah sedang apa?
"Tidak lihat?"
"Kenapa kau membereskan barangmu? Barusan kau senang."
"Yaa!! kapan aku senang denganmu? Kau mau mendekatiku setelah membelikan minuman murahan."
"Murahan? Yaa! Kau lebih dulu menggodaku. Kau menulis "Kyung Soo pergi keluar" selama 2 jam."
Hong Ah kesal, ia berbalik dan menyiramkan minuman yang pria itu belikan pada pria itu.
"Kalau kau suka, kau saja yang minum."
Hyun Soo menyusul Penulis Park yang barusan keluar dari kantor mereka. Penulsi Park bertanya kenapa Hyun Sookeluar.
"Cuma..." Jawab Hyun Soo sambil tersenyum.
"Perkataan sutradara persis dengan yang ingin kukatakan. Itu sama dengan perkataanku padamu terakhir kali. Pengungkapannya saja yang beda."
"Ya."
Hyun Soo akan menjawab lebih jauh tapi Hong AH keburu datang. Penulis Park menyambutnya hangat, kenapa kesana? Hong Ah mendatangi Hyun Soo karena Hyun Soo tidak bisa dihubungi dan selalu sibuk.
"Anda tidak membuatnya kesulitan kan?"
Penulis melotot pada Hyun Soo, "Kau berkata begitu ke orang-orang? Kalau aku mempersulitmu?"
Hyun Soo dan Hong Ah bersamaan membantah itu. Hong Ah berkata kalau ia hanya bercanda, Hyun Spp bekerja sangat keras, jadi ia datang memberi semangat.
Penulis Paek: Harusnya bicaramu seperti itu. Kau yang mengenalkan aku padanya. Jadi aku percaya dan menerimanya.
Hong Ah: Pamanku sering memuji penulis. Menurutnya, penulis terbaik dalam genre non-romantis adalah dirimu.
Penulis Park: Terima kasih. Belakangan ini aku butuh pujian. Karena Hong Ah di sini, kau bisa pergi.
Hyun Soo: Tidak, penulis. Aku akan membantu....
Penulis Park: Kau tak perlu di sini. Masih ada yang lain. Senang bertemu denganmu. Bersenang-senanglah dengan Hyun Soo
Penulis Park: Ya penulis. Terima kasih.
Penulis Park lalu masuk dan membanting pintu.
Hong Ah bertanya, ada masalah kah? Wah.. sangat menyeramkan, mata pemulis Park sangat mengerikan.
"Kau harus bertahan sampai akhir. Kalau di pecat pasti memalukan. Kalau kau dipecat menjadi asisten penulis, kau tak akan punya tujuan." Kata Hong Ah.
Hyun Soo akan masuk tapi Hong Ah melarangnya. Hyun Soo heran, Hong Ah sendiri kan tadi yang bilang agar ia bertahan?
"Kalau dia sedang kesal, jangan ada di sekitarnya. Cuti lalu masuk kembali."
"Kau tahu banyak sekali."
"Makanya eonni membutuhkan aku. Mengerti?"
"Mengerti. Kau tahu apa yang paling kubutuhkan sekarang?"
Hyun Soo berdiri dimobil Hong Ah, ia menikmati angin malam itu. "Waah, asyik sekali!!!"
Hyun SOo mengaku, berkat Hong Ah, ia merasa lebih baik. Hong Ah ternyata juga merasakan hal sama.
"Kenapa? Ada masalah dengan pengacara itu?"
"Oh.. Dia sok padahal kepalanya kosong."
Lalu ponsel Hong Ah berdering. Hyun Soo melihat layar ponselnya, pria itu? Kenapa menyimpan namanya dengan jabatan, bukan namanya? Dia satu-satunya pengacara yang Hong Ah kenal?
"Satu-satunya pengacara yang kusimpan menggunakan nama adalah pengacara terbaik."
"Tapi, kenapa kau terdengar kesepian?"
"Eonni memang paling kenal aku. Aku sayang sekali pada eonni."
"Tiba-tiba sekali."
"Semua temanku berkata aku protes karena arogan. Katanya perhatianku hanya pada kemewahan. Mereka menganggapku tak punya pikiran."
"Masalah manusia adalah berpikir terlalu banyak."
"Benar. Makanya, aku pasti akan jadi penulis, Setelah jadi penulis, aku akan tunjukan siapa diriku."
"Menjadi penulis apa hebatnya?"
"Itu sudah mendarah daging di keluargaku. Keluargaku menyukai penulis."
"Keluargaku benci penulis. Auuuuuh!!! Buat apa bekerja kalau aku anak orang kaya?"
"Nah malam ini, aku akan berikan layanan penuh!"
"Augh, bagusnya."
Hong Ah mengantar Hyun Soo sampaidi depan rumah. Setelah turun dari mobil, Hong Ah memeluk Hyun Soo.
"Eonni... Aku tidak ingin berpisah."
"Ya ampun.. Aigoo..."
Hong Ah melihat Hyun Yi naik tangga, ia mamanggilnya dengan ceria, "Oh, eonni!"
"Aigoo, bikin sakit mata." Gumam Hyun Yi lalu masuk ke dalam.
"Daebak." Komentar Hong Ah. Hyun Soo minta maaf dan menyuruh Hong Ah pergi.
Saat masuk rumah Hyun Soo melihat adiknya makan es krim, ia heran, bukannya Hyun Yi sedang diet? Boleh makan kah?
"Aku ingin makan gula setelah yang kulihat barusan. Kalian pacaran? Kenapa pelukan? Kau lebih suka dia daripada aku?"
"Mulai lagi! Hyun Yi-nim, hari ini sudah cukup berat bagiku."
Hyun Soo melihat ada peket di atas meja. Hyun Yi menjelaskan itu paket nyasar, pasti ada orang bloon lain di dekat sana.
Hyun Soo membaca nama penerima peket itu, Ohn Jung Sun. Hyun Soo lalu mengocoknya. Hyun Yi protes, itu barang milik orang, jangan dipegang-pegang.
"Besok telpon saja perusahaan pengiriman dan minta diambil kembali." Saran Hyun Yi.
"Kalau diambil maka pemilik paket akan menunggu seminggu lagi."
"Usil sekali. Menunggu atau tidak apa urusanmu?"
"Benar. Apa urusanku?"
Jung Sun membuka kulkasnya, ada banyak isi, semua makanan sehat dan Jung Sun memilih mengambil air putih.
Jung Sun membuka laptop, ia mengecek e-mail. Ia mengharapkan balasan dari "Alain Passard", seorang chef yang bukunya ia baca tadi.
Tiba-tiba Hong Ah mengiriminya chat, "Di mana alamatmu?"
"Kenapa?" Balas Jung Sun.
Hyun Soo membawa paket Jung Sun sambil mencari-cari alamat. *Oh.. berati tadi Hong Ah bertanya alamat Jung SUn karena Hyun Soo yang meminta, Hyun Soo mau memberikan paket Jung Sun yang nyasar.
Hyun Soo tiba-tiba tersenyum, itu karena ia melihat Jung Sun.
Mereka lalu saling mendekat. Hyun Soo memberikan paketnya sambil bertanya, kenapa Jung Sun di luar? Tahu ia akan datang ya? Jung Sun menjawab, instingnya berkata Hyun Soo akan datang, Hyun Soo orangnya tidak sabaran.
"Benar. Tadinya mau diam-diam kutaruh di sini." Balas Hyun Soo.
"Maaf sudah salah menulis alamat."
"Aku bisa mengerti."
Hyun Soo pergi tapi Jung Sun berteriak, "Aku ingin membuatkanmu hidangan."
"Tidak perlu melakukannya."
"Pasti karena kau menganggapku laki-laki makanya keberatan."
"Ish! Kau ini, benar-benar. Kau pendendam dan mempermainkan aku. Kalau kau begitu, apa aku akan ke rumahmu?"
Jung Sun pun membawa Hyun Soo ke rumahnya, di beranda. Hyun Soo sangat terpesona dengan pemandangan dari sana, tampak seperti dunia lain katanya (dalam artian indah lho ya! bukan mistis).
Jung Sun menjelaskan, saat mencari rumah, pemandanganlah yang terpenting. Hyun Soo bertanya, apa Jung Sun pemilik rumah ini?
"Tidak, aku sewa." Jung Sun lalu meminta Hyun Soo menunggu, ia akan membawakan sesuatu untuk diminum.
Sebelum itu, Hyun Soo bertanya, apa isi paket Jung Sun, sepertinya dari Perancis.
"Aah, aku lupa kau suka ingin tahu. Ini saffron dan cardamom. Temanku mengirimnya."
"Kau memasak juga di rumah? Biasanya orang tidak bekerja di rumah. Bukankah chef menghindar untuk memasak di rumah?"
"Aku memasak di rumah."
"Ah.. Kau labu manis (artinya terus terang) Sungguh labu manis. Kau punya labu manis? Aku jadi ingin memakannya."
"Hmm.. Tidak punya. Tapi tunggu di sini. Aku akan bawakan sesuatu yang hebat untukmu."
Di kantornya, Jung Soo berbicara menggunakan bahasa jepang, "Dia pandai memasak, tapi kurang punya pesona. Ia tidak cocok dengan grup kita."
Seseorang menjawab dari telfon, "Baiklah. Teruskan mencari kandidat."
"Terima kasih atas perhatianmu, daah."
Jung Woo duduk bersender setelah mematikan telfon, ia mendesah.
"Ini awal baru bagimu, Park Jung Woo. Aku akan menang. Aku selalu menang."
Jung Woo lalu membuka tutup jam-nya.
Jung Sun mengeluarkan truffle-nya untuk Hyun Soo. Hyun Soo tanya, apa itu?
"Truffle. Ini tidak bisa tumbuh di negara kita. Bahkan di Perancis, ini hanya tumbuh di dalam pohon oak jadi sulit di gali."
"Pasti mahal sekali. Apa kau anak konglomerat?"
"Tidak. Ini hadiah."
"Bagusnya, bisa dapat hadiah mahal. Tapi... boleh aku bertanya?"
"Kau bertanya banyak hal padaku."
"Ini topik sensitif. Berapa penghasilan bulananmu? Sebagai informasi, aku dapat 800."
"1,500."
Hyun Soo iri, ia lebih tua dari Jung Sun tapi penghasilan Jung Sun lebih besar. Satu hal lagi yang membuat Hyun Soo heran, bagaimana Jung Sun membayar rumah ini dan kebutuhan hidup Jung Sun?
"Aku pakai semua yang kudapat."
"Kau tidak memahami artinya uang."
"Aku sangat memahaminya. Tapi saat ini bukan waktunya untuk menabung."
"Sejak kapan kau hidup mandiri?"
"Sejak 15 tahun. Ayah dan ibuku sudah bercerai."
Hyun Soo tak mau membicarakannya lagi, ia mengganti topik dengan mengajak Jung Sun mencoba truffle yang mahal itu. Hyun Soo mengambil satu iris dan memakannya, ia memutar-mutar dimulutnya dan mengipas-ngipaskan tangannya ke mulutnya.
"Aku belum pernah makan yang seperti ini." Kata Hyun Soo.
"Memakan truffle seperti itu tidak akan terasa apapun." Kata Jung Sun.
Hyun Soo ketawa, Jung Sun benar sekali, ia berlebihan karena ia kira rasanya akan istimewa, ia tidak ingin terlihat tidak tahu apa-apa, tapi ternyata tidak terasa apa-apa.
Jung Sun lalu mengoleskan krim ke roti dan diatsnya ia tumpuk truffle lalu menyuruh Hyun Soo memakannya, pasti rasanya berbeda.
Hyun Soo memakannya dan benar saja, rsanya enak. Lalu mereka minum wine.
Sepasang suami istri (sepertinya?) sedang jalan bersama dengan bergandengan tangan. Sang suami berkata, berjalan seperti itu mengingatkannya saat mereka berpacaran.
"Dulu kita pacaran seperti ini?" Tnaya sang istri.
"Iya..."
"Tidak tuh. Kita dulu seperti apa, mau kuberitahu Lee Min Jae ssi?"
Lalu sang istri menarik sang suami ke tembok. Mereka berciuman.
Tapi tiba-tiba mereka diguyur air dari atas. Yang mengguyur itu adalah seorang Ahjumma.
"Beraninya menggoda suami orang?! Apa suamimu tahu kalau kelakuanmu begini?!" Kesal Ahjumma.
"Dia suamiku. Lelaki ini."
"Aigoo, tukang selingkuh memang pandai berbohong!"
Lalu sang suami mengajak istrinya pergi. Sang Istri tidak mau sebelum meluruskan masalah ini. Tapi Ahjumma tetap tidak percaya, bahkan menuangkan seluruh isi bak penyiram. Mereka berdua takut dan langsung berlari kabur.
0 komentar:
Posting Komentar