Sabtu, 02 September 2017

Sinopsis Hospital Ship Episode 3

 
Sumber Gambar: MBC


Song Eun Jae datang menyelamatkan situasi, ia berkata akan mengoperasi Woo Jin di RS kapal. Namun Kwak Hyun tidak bisa mengijinkan itu, ia tidak tahu siapa Eun Jae.

"Aku baru saja ditugaskan disini. Aku akan bekerja disini mulai sekarang. Aku Song Eun Jae, dokter Ahli Bedah." Jelas Eun Jae.


Semua bertanya-tanya. Lalu Won Gong menjelaskan, Eun Jae memang baru direkrut dan akan mulai bekerja 3 hari lagi. Eun Jae menjawab, ia memutuskan untuk datang lebih awal. Semua orang menjawab tidak.

"Kemungkinan dia juga mengalami peritonitis (peradangan lapisan tipis didinding bagian dalam perut)." Kata Eun Jae dan ia bertanya dimana ruang operasinya. Eun Jae keluar dan Won Gong menunjukkan kemana arahnya.


Joon Young merasa ada yang salah, Eun Jae bilang akan melakukan operasi? Di RS kapal mereka? Jae Geol menjelaskan, Eun Jae hanya bicara tanpa dipikirkan, begitulah sifat seorang ahli bedah.

"Apa kau setuju?" Tanya Jae Geol pada Hyun.


Hyun menginteruksikan untuk memberi obat antibiotik dan memberikan cairan infus terlebih dahulu. Perawat Pyo mengerti dan mengajak Ah Rim untuk ikut dengannya.

Hyun bicara pada Woo jin, memintanya menahan sebentar lagi. Hyun lalu menghubungi penjaga pantai.


Choon Ho mengabarkan pada Kapten Bang kalau Dokter Bedah baru akan melakukan Operasi di RS mereka. Kapten Bang kaget, bagaimana bisa? Dimana?


Won Gong membawa Eun Jae ke ruang operasi tapi lebih kelihatan seperti gudang, lampu bedahnya pun tidak menyala.

"Ah.. Anda seharusnya mulai bekerja tiga hari lagi. Kami akan memperbaikinya dan membersihkan semuanya sebelum itu." Jelas Won Gong.

Eun Jae memeriksa ruangan itu, tapi tidak menemukan mesin anestesi dan alat hisapnya, ia pun menanyakannya pada Won Gong.

"Kami tidak punya."

"Apa sudah rusak?"

"Kami tidak pernah punya."

"Dia harus menjalani anestesi umum, dan mesinnya tidak ada?"

"Apa ada cara lain?"

"Cara apa? Tidak ada peralatan, ruang operasinya juga kotor, dan alat-alat bedahnya bahkan tidak steril."

"Kita setidaknya masih bisa mensterilkannya. Ada autoclave (alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan dan perlengkapan) dalam ruang pengobatan gigi. Jika anda memilih mana alat yang dibutuhkan, aku akan mensterilkan mereka dengan cepat--"

"Tunggu. Anda tadi bilang autoclave-nya dimana?"

"Di ruang pengobatan gigi."


Hyun kembali menghubungi penjaga pantai dan mereka baru bisa tiba setelah 30 menit. Hyun meminta mereka lebih cepat tapi sepertinya tidak bisa.


Eun Jae masuk dan memberikan bungkusan untuk Joon Young dan Hyun. Lalu Eun Jae menggendong Woo Jin, ia bilang ia juga butuh seorang perawat.

Kakek menghalangi jalan Eun Jae, bertanya apa yang akan Eun jae lakukan? Apa akan mengoperasi cucunya? Eun Jae menjawab ia akan mencoba yang terbaik.


Eun Jae membawa Woo Jin ke ruang perawatan gigi, disana Perawat Pyo dibantu Won Gong menyiapakn alasnya. Hyun masuk kemudian, bertanya apa yang akan Eun Jae lakukan?

Eun Jae tidak menjawabnya, malah bertanya pada Perawat Pyo apa bisa membantunya? Perawat Pyo menjelaskan, ia bekerja di ruang operasi selama 15 tahun sebelum datang ke sini, kecuali untuk operasi urologis (operasi khusus saluran kemih dan reproduksi).

Eun Jae lalu memberikan peralatan yang ia butuhkan pada Perawat Pyo, meminta Perawat Pyo untuk mensterilkannya.  Perawat Pyo menerimakanya dan segera bertindak.


Hyun mendekati Eun Jae dan kembali bertanya apa yang coba EUn Jae lakukan. Eun Jae menjawab kalau ia sedang menyiapkan operasi, seperti yang terlihat.

"Apa kau akan mengoperasinya di ruang pengobatan gigi? Dengan menggunakan alat-alat pengobatan gigi?"

"Ya."

"Itu tidak masuk akal!" Lalu Hyun menyeret Eun Jae keluar untuk bicara berdua.


Hyun dengan tegas tidak menyetujui operasi ini. Eun Jae menjelaskan, ada kemungkinan Woo Jin menderita peritonitis. Jika mereka membiarkan Woo Jin seperti ini, ia bisa meninggal karena sepsis (komplikasi yang jarang terjadi namun sangat berbahaya dari suatu penyakit).

"Dia juga bisa meninggal karena dokter yang bertindak sembrono dalam situasi yang berbahaya ini. Penjaga Pantai akan tiba 30 menit lagi. Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit yang aman dan operasi di sana." Sambung Hyun.

"Baiklah. Tapi.. Jawab pertanyaanku. Penjaga Pantai memakan waktu 30 menit. Dibutuhkan 2,5 jam untuk sampai ke Geoje. Apa pasien akan bertahan selama tiga jam itu? Bagaimana jika kondisinya memburuk selama diperjalanan? Apa yang bisa kau lakukan selain memberi infus dan antibiotik?"

"Aku tahu ini beresiko."

"Ini terlalu berisiko?"


Hyun menjelaskan, sangat berisiko melakukan operasi di rumah sakit kapal, bahkan jika masalah timbul saat diperjalanan, Woo Jin sudah lebih dekat menuju rumah sakit. Kemungkinan menyelamatkannya hanya tergantung dari jarak, tapi bagaimana jika timbul masalah saat operasi di atas kapal? Apa yang akan EUn Jae lakukan nantinya?

"Ingat ini, Dokter Bedah. Kita tidak bisa memberikan situasi terbaik untuknya. Kita hanya bisa menghindari situasi terburuk." Tutup Hyun.


Perawat Pyo berlari menuju mereka memberitahu kalau tekanan darah Woo Jin turun. Mereka panik dan langsung kembali ke ruang pengobatan gigi.


Sementara itu kakek lemas mendengarnya, ia sampai pingsan.


Eun Jae mengecek suhu tubuh Woo Jin, ternyata sudah naik sampai 39,7°C. Eun Jae tidak bisa membuang waktu lagi, operasinya harus segera dimulai ia meminta Midazolam (obat bius).


Ah Rim mengambilkannya tapi karena ia gugup, jadi tak sengaja menjatuhkannya ke lantai, pecah. Won Gong mengingatkan, bukannya itu milik mereka yang terakhir?


Hyun mencari lagi dan menemukan satu botol lagi, midazolam 5 ml. Eun Jae tahu apa artinya?

"Anestesi akan bertahan selama 30 menit. Kita mungkin akan kehilangan pasien jika tidak selesai dalam 30 menit."

"Kau bisa melakukannya?"

"Bagaimana denganmu? Seperti yang kau katakan, operasi ini sangat berisiko. Selain itu, kita tidak bisa mengandalkan mesin apapun. Operasi akan benar-benar manual. Kau bisa melakukannya? Apa kau bersedia untuk mencoba menyelamatkan pasien bersamaku?"


Hyun hanya diam saja. Eun Jae membaca itu sebagai jawaban iya, ia langsung mengambil midazolam yang Hyun pegang dan menyuntikkannya ke Woo Jin.

Eun Jae tabung oksigen pada Ah Rim, ia akan melakukannya sendiri tapi Hyun menahannya, ia yang akan melakukannya. Ia lalu menyuruh Ah Rim memantau saturasi oksigennya dan tekanan darah pasien.

Sementara itu, Won Gong menyalakan penghitung waktu mundur, 30 menit dimulai dari sekarang.


Kakek di bawa ke ruangan Jae Geol, ia bertanya apa yang akan terjadi. Jae Geol menyuruh kakek istirahat saja, semuanya akan baik-baik saja. Tapi kakek malah bangun.


Eun Jae mulai membedah perut pasien.


Joon Young dan yang lain cemas menunggu di luar, 7 menit sudah berjalan.


Joon Young lalu berdiri dan berjalan ke atas, Jae Geol mengikutinya. Joon Young bertanya apa yang akan terjadi. Jae Geol memintanya menunggu saja.

"Aku mulai takut dengan rumah sakit kapal. Mengobati radang usus buntu bukan masalah besar di Seoul, tapi disini bisa mematikan. Apa dia akan baik-baik saja? Dia tidak akan mati, 'kan?" Tanya Joon Young.


Eun Jae, Hyun, Perawat Pyo, dan Ah Rim fokus melakukan operasi. Mereka menjawlankan tugas masing-masing dengan baik. Ada satu orang yang menambah ketegangan di ruang itu, Won Gong, ia merasa khawatir karena mereka menggunakan forceps gigi sebagai alat hisap, ia takut itu berbahaya. Hyun memelototinya dan ia pun langsung diam.

Akhirnya Eun Jae berhasil memotong usus buntu Woo Jin tepat waktu, operasi berhasil, semuanya pun bisa bernafas lega.


Semua orang di luar bersorak gembira setelah mendengar bahwa operasi Woo Jin berhasil.


Di dalam masih ada Hyun dan Eun Jae yang memantau keadaan Woo Jin, suhu tubuh Woo Jin sudah turun banyak. Hyun mengucapkan terimakasih, ia juga minta maaf, ia tidak tahu Eun Jae sangat berpengalaman ternyata.

"Tidak perlu minta maaf. Kau benar. Operasi ini sangat beresiko. Aku tidak akan melakukan operasi lain seperti ini lagi." Jawab Eun Jae.


Setelah mengantar Woo Jin ke dalam ambulan, Eun Jae kembali ke RS kapal. Sementara itu, rekan-rerekannya sudah bersiap menuju asrama, mereka menawarinya untuk ke sana bareng karena Eun Jae pasti tak tahu tempatnya. Tapi Eun Jae tak menghiraukan mereka dan tetapberjalan ke RS kapal.

Hyun menatap punggung Eun Jae, ia tampak berpikir.


Eun Jae menuju ke ruang operasi dan ia tampak kesal, ia memagang tasnya yang ada di meja.


Dalam perjalanan, Joon Young membicarakan Eun Jae, kengapa dokter wanita mau ke rumah sakit kapal? Jae Geol juga merasa hal yang sama, mereka di sana karena dinas militer, jadi tidak punya pilihan tapi kengapa seorang wanita mau bekerja di sana?


Hyun tiba-tiba nongol di jok belakang, "Mungkin karena aku." Katanya. Jae Geol tidak mengerti, apa maksudnya?

"Aku tidak menyadarinya karena kita sibuk, Tapi sekarang, dia sepertinya sangat familiar." Jawab Hyun.

"Apa kau melakukan sesuatu padanya di klub atau semacamnya?"

"Aku tidak sepertimu."

Joon Young menyambung, jika Eun Jae datang untuk balas dendam, hanya ada satu lagi untuk dipotong setelah memotong usus buntu itu. Hyun memukul Joon Young karena bicara ngawur.


Joon Young: cobalah ingat dimana kau bertemu dengannya.

Hyun: Entahlah. Besok aku tanya ditempat kerja.


Eun Jae mengatakan pada Won Gong kalau ia ingin berhenti, ia tidak ingin lagi bekerja di rumah sakit kapal. Won Gong tidak mengerti, apa Eun Jae punya tujuan tempat lain?

"Dimana saja lebih baik daripada disini." Jawab Eun Jae.

"Anda diusir dari rumah sakit waktu itu. Apa ada tempat yang mau mempekerjakanmu? Anda tidak boleh pergi. Anda tidak akan pergi, bukan?"

"Bagaimana aku bisa disini?"

"Dokter."

"Tempat ini bahkan tidak punya peralatan medis yang paling dasar. Apa yang bisa aku lakukan di sini?"


Won Gong mengingatkan, Eun Jae bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Radang usus buntu bukanlah masalah besar di kota, tapi mereka disana bisa kehilangan nyawa karena radang usus buntu. Tidak ada perubahan di rumah sakit kapal ini. Satu-satunya perubahan adalah ada ahli bedah bernama Song Eun Jae di rumah sakit kapal hari ini.

"Aku akan melakukan sesuatu. Aku akan melihat anggaran kita untuk memesan peralatan. Tolong, dokter." Pinta Won Gong.

"Yang terpenting, kita perlu koagulator hisap dan anestesi."

Dan Eun Jae kembali ke ruangannya, ia mulai beberes.


Eun Jae membaca rekam medis para pasien yang pernah berobat ke RS kapal dan ia tak senngaja menemukan nama ibunya, Oh Hye Jung. Eun Jae membaca secara teliti rekam medis itu.

Eun Jae memegang dadanya, tapi ia tetap tidak menangis. Ia teringat saat ia tidak bisa melakukan apa-apa ketika ibunya sekarat.


Eun Jae samar-samar mendengar nama Ibunya dipanggil Ah Rim untuk masuk ke ruang dokter penyakit dalam. Eun Jae berjalan ke sana, ia membayangkan ibunya sedang diperiksa oleh Hyun.

"Di sinilah terakhir kali dia dirawat. Apa itu sangat sakit?" Gumam Eun Jae.


Ibu Eun Jae menghadap ke pintu dan tersenyum pada Eun Jae, Eun Jae membalas senyunya. Namun tiba-tiba bayangan itu hilang, Eun Jae tidak lagi bisa melihat ibunya di sana.


Besoknya, Hyun beneran bertanya pada Eun Jae apa mereka pernah bertemu sebelumnya, ia tertarik masuk ke ruangan Eun Jae karena ruangannya sungguh berbeda dari kemarin, sudah sangat bersih.

"Apa kita pernah bertemu? Kau pernah melihatku?" Tanya Hyun.

"Tidak, aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya." Jawab Eun Jae dan langsung meninggalkan Hyun.


Jae Geol dan Joon Young muncul setelahnya, mereka mempraktekkan bagaimana Hyun bertanya dan bagaimana Eun Jae menjawab. Mereka berdua lalu ketawa.

"Apa kau sungguh pernah bertemu dengannya? Apa kau memukulnya?" Tanya Jae Geol.

"Tidak. Bukan begitu." Jawab Hyun lalu berjalan ke ruangannya.

"Dia bohong." Kata Joon Young.


Hyun yakin pernah melihat Eun Jae sebelumnya. Sampai Hyun menemukan foto pemberian Ibu Eun Jae diatas colokan.


Perawat Pyo menunjukkan majalan yang menampilkan Eun Jae pada Won Gong, sebenarnya Perawat Pyo merasa tidak asing pada Eun Jae dan ternyata Eun Jae adalah dokter hebat itu.

"Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa merekrut ahli bedah terbaik di rumah sakit besar Seoul?" Tanya Perawat Pyo.


Won Gong akan menjelaskannya tapi teringat permintaan Eun Jae untuk merahasiakan kenapa ia bisa berada di rumah sakit kapal dan apa yang terjadi pada pekerjaannya sebelumnya. Jadi Won Gong hanya menjawab kalau itu adalah rahasia.


Hyun ke ruangan Eun Jae dan menunjukkan foto Eun Jae, ia meminta konfirmasi dari Wun Jae. Hyun bertanya lagi, kapan foto itu diambil?

"Tujuh tahun lalu." Jawab Eun Jae.

"Itu sebabnya aku tidak langsung mengenalimu. Dibandingkan dengan ini, sekarang kau sedikit--"

"Apa ini?"

"Apa maksudmu?"

"Kenapa kau punya foto itu?"

Eun Jae langsung merebut paksa fotonya dari Hyun.


Joon Young menunjukkan artikel mengenai Eun Jae pada Jae Geol. Mereka berdua mengakui kehebatan Eun Jae setelah membaca artikel itu. Tapi Jae Geol heran, kenapa Joon Young peduli pada Eun Jae.

"Dia tipeku. Tubuh yang bagus, wajah yang cantik. Dia sedikit menakutkan, tapi itu bisa jadi pesonanya. Aku bingung kenapa dia disini. Jika seseorang yang terkenal seperti ini bekerja di rumah sakit kapal, itu pasti masalah besar. Aku akan memeriksa latar belakangnya dan--"


Jaeo Geol membenatak Joon Young untuk berhenti. Joon Young protes, kenapa?

"Buat dia cerita langsung padamu. Jika kau sudah tahu semuanya, dia akan melarikan diri." Saran Jae Geol.

"Aku rasa dia tidak begitu."

"Dengarkan aku."


Hyun menjelaskan kalau ibu Eun Jae ingin mengatur kencan buta untuk mereka. Tanpa melihat ekspresi Eun Jae, Hyun terus bicara, ia mengijinkan Eun Jae menyukainya mulai hari ini, tapi kompetisi ini sulit. Kapal mereka mengunjungi 26 pulau, setidaknya ada dua ibu mertua di setiap pulau jadi kemungkinan 52 lawan 1.

"Bisa tinggalkan aku?"

"Bagaimana keadaan ibumu? Apa dia baik-baik saja?"


Eun Jae hanya diam saja dan memandang Hyun kesal. Won Gong datang tiba-tiba dan langsung menjewer Hyun dan membawanya ke atas.

Hyun tidak tahu kalau Ibu Eun Jae sudah meninggal. Won Gon kesal karena Hyun tidak bisa berhati-hati sedikit. Ia langsung menunggalkan Hyun dan kembali ke bawah.


Kebetulan, Joon Young dan Jae Geol melihat mereka. Jae Geol menunjukkan pada Joon Young, itulah yang akan terjadi pada Joon Young juga.

"Ibunya meninggal dan itu sebabnya dia meninggalkan semuanya untuk bergabung dengan tim kita. Itulah mengapa.. aku sudah membuat keputusan. Aku akan melindungi Dokter Song." Kata Joon Young yakin.


Kapten Bang mendadak bilang pada Won Gong kalau ia ingin Eun Jae pergi dari RS mereka. Won Gong tidak mengerti, kan Kapten bang lihat sendiri kalau Eun Jae sudah menyelamatkan pasien.

Kapten Bang tahu hal itu, masalahnya adalah mereka tidak memiliki anggran untuk daftar alat-alat yang Eun Jae minta. Mereka tidak akan bisa berlayar jika membeli semua itu. Apa mereka harus menggunakan air laut sebagai bahan bakar?

Won Gong menjelaskan, apa yang terjadi kemarin barulah permulaan, Eun Jae akan mencetak gol besar suatu hari nanti. Hanya menunggu waktu saja sebelum mereka menjadi bintang. Setelah itu.. Gubernur dan anggota dewan akan berbaris.

"Untuk apa?" Tanya Kapten Bang.

"Mengapa lagi? Untuk mengambil foto bersama kita."

"Benarkah?"

"Mereka akan meminta foto dan kita harus bicara kalau tidak ada yang gratis. Mereka harus memberi kita anggaran."

"Apa begitu?"

"Percayalah padaku dan diam. Aku sudah merencanakan semuanya."


Won Gong lalu menunjukkan orang-orang dari stasiun TV yang akan merekam mereka untuk membuat film dokumenter. Mereka harus masuk TV untuk menjadi bintang.

"Ah.. Begitukah cara kerjanya?" Tanggapan Kapten Bang.


Hyun melihat Eun Jae menggenti lampu ruang Oerasi sendiri. Ia bertanya, kenapa Eun Jae melakukannya sendiri? Eun Jae menjawab kalau ia punya tangan. Eun Jae hendak mengambil sesuatu dan Hyun membantunya.

"Begini.. Jadi begini.." Kata Hyun ragu.

"Kau mau minta maaf? Tidak perlu. Kau hanya berbicara apa yang kau tahu, dan aku sama sekali tidak peduli."

Lalu Eun Jae menyuruh Hyun keluar.


Eun Jae menggerutu di ruangannya, ia kan tidak tahu kalau ibunya sudah meninggal. Apa Eun Jae harus sedingin itu?


Ah Rim mendekati Eun Jae, iamengulurkan minuman dan memaksa Eun Jae untuk menerimanya. Ah Rim mengakui kalau ia tersentuh dengan operasi Eun Jae kemarin, ia sudah menonton semua drama medis seperti "ER", "House", dan "Anatomi Grey" dan akhirnya memutuskan menjadi perawat.

"Aku ingin merasakan kesenangan menyelamatkan nyawa dilingkungan yang buruk seperti ini. Mimpiku menjadi kenyataan kemarin."

"Perawat Yoo Ah Rim."

"Bagaimana anda tahu namaku?"

Eun Jae melihat ke arah nametag Ah Rim membuat Ah Rim mendapat jawaban atas pertanyaannya. Eun Jae lelu bertanya, hari ini mereka merawat pasien di darat, bukan?

"Bagaimana Anda bisa tahu? Aku pikir Anda hanya bisa operasi dengan cepat, tapi Anda juga cepat tanggap."

"Dan aku kasihan padamu."

Ah Rim bingung, "Apa?"

Eun Jae keluar dari ruang operasi, ia berjalan ke kiri tapi kemudian balik arah menuju ke kanan. Ah Rim mengikutinya.


Eun Jae menunjukkan wadah peralatan yang harus mereka bawa ke darat. Eun Jae memastikan, Ah Rim yang  bertanggung jawab atas urusan pertolongan pertama, bukan? Ah Rim membenarkannya.

"Dimana lidocaine (obat bius), cairan infus, dan betadine?"

"Aku lupa memasukkannya."

"Bukankah kau tahu, kesalahan tim medis bisa membuat hidup orang dalam bahaya? Alat manual tidak untuk dipajang. Itu untuk dipakai."


Ah Rim kemudian menggerutui perlakuan Eun Jae padanya tadi di ruang perawat. Perawat Pyo tidak mengerti, soalnya selama ini Ah Rim sangat senang bila ada yang lebih baik dari Dokter Greene (Dokter fiksi dalam drama ER) yang bergabung dengan mereka.

"Apa sulit bagimu untuk menurutinya? Apa kau lebih memilih dokter pria pemalas itu?" Tanya Perawat Pyo.

"Ah Perawat Pyo~~"


Petugas RS Kapal naik perahu untuk mencapai pulau yang harus mereka singgahi. Joon Young mencoba bicara dengan Eun Jae, berkata kalau mereka akan menggelar pesta selamat datang di asrama hari ini. Ah Rim menyela, kok ia tidak diberitahu tentang itu, itu ide siapa?

"Aku. Bagaimana? Kalian setuju, bukan?" Balas Joon Young.

Perawat Pyo menyetujuinya, mereka bisa minum-minum untuk menyambut anggota baru. Won Gong juga setuju.

Joon Young kembali bertanya pada Eun Jae, apa yang Eun Jae suka nanti ia akan menyiapkannya. Eun Jae hanya diam saja, Joon Young bertanya lagi, tidak adakah makanan yang Eun Jae suka.

"Tidak." Jawab Eun Jae dingin.

Joon Young pun berhenti bertanya.


Pak kepala desa menginformasikan pada para warganya bahwa Rumah sakit kapal akan tiba di desa mereka, jadi Kades berharap para warga berkumpul di balai desa.


Setelah turun dari perahu, Eun Jae dan Hyun mendengar suara panik warga, mereka langsung berlari ke sumber suara. Perawat Pyo menyampaikan kalau Kades mengidap angina (angin duduk). Hyun berteriak, meminta Perawat Pyo untuk menghubungi Penjaga Pantai terlebih dahulu.


Tim dokumenter memutuskan untuk mengikuti mereka.


Hyun membawakan tas Eun Jae agar mereka bisa sampai lebih cepat.


Pasien mereka (Kepala Desa) tidak sadarkan diri. Eun Jae menyuruh Hyun untuk memberikan Intubasi (penempatan tabung plastik fleksibel untuk melindungi dan memperbaiki jalan nafas).


Hyun mengecek alatnya dan berfungsi tapi ia tidak kunjung melakukannya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa tahun lalu.


Hyun buru-buru ke ruangan seorang pasien, dimana disana ada dokter yang sedang berusaha mengembalikan detak jantung pasien itu menggunakan defibrilator (alat kejut jantung), tapi mereka gagal. Pasien itu meninggal.


Hyun dimarahi oleh dokter itu, dipukul juga.

"Bagaimana kau bisa menyebut dirimu dokter? Biar aku perjelas. Pasien mati karenamu. Kau bukanlah dokter." Kata dokter itu.


Eun Jae menyadarkan Hyun dengan memanggil-manggil Hyun. Hyun akhirnya menatap Eun Jae.


Kemudian mereka mendengar panggilan dari petugas RS yang lain yang sedang berlari menuju ke mereka.


Eun Jae menyuruh Hyun minggir, ia akan melakukan intubasi sementara Hyun periksa saja jantungnya dan periksa perutnya.

Hyun pun melakukan sesuai apa yang Eun Jae perintahkan. Sesekali Eun Jae melirik Hyun, mungkin penasaran kenapa Hyun bengong tadi.


PEtugas yang lain sampai ke lokasi, mereka menyampaikan kalau Petugas Pantai akan segera datang. Sementara para perawat membantu Hyun dan Eun Jae, Won Gong menenangkan istri pasien bahwa semua akan baik-baik saja. Sementara itu, kru film dokumenter mengabadikan momen itu.


Eun Jae memasukkan selang kecil ke dada pasien, sementara itu, Hyun menemukan sesuatu yang janggal, ia menduga terjadi aneurisma aorta perut (kondisi yang disebabkan membesarnya daerah aorta bagian bawah). Ia lalu memeriksa tekanan darah pasien dan mendapati tekanan darahnya terlalu rendah dan semakin turun sekarang. Itu berarti--

"Mungkin sudah pecah." Jawab Eun Jae, lalu memeriksanya. "Aku harus membukanya sekarang juga." Kata Eun Jae setelah yakin dan alhirnya mereka melakukan pembedahan di ruang terbuka itu untuk menemukan aorta yang pecah lalu menjepitnya.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis Hospital Ship Episode 3

0 komentar:

Posting Komentar