Minggu, 18 Juni 2017

Sinopsis The Best Hit Episode 10

Sinopsis The Best Hit Episode 10

Sumber Gambar: KBS2


Narasi Woo Seung: Dalam beberapa permasalahan, tujuan kita menjadi "menghindar" daripada "lulus". Kita tak belajar karena kita ingin jadi seseorang yang berguna tapi karena kita takut kita tak bisa menjadi apapun. Kita tak belajar untuk mencapai sesuatu, tapi karena kita takut kehilangan hal lain yang berharga. Kita tak belajar agar lulus,  tapi karena hanya belajar yang bisa kita lakukan.

Kemudian seorang temannya memberinya catatan. "Maafkan aku, tapi aku rasa kau terlalu banyak berbicara dalam hati dan itu cukup menggangguku. Kumohon tenanglah." Ppffft!


Woo Seung datang ke tempat kerjanya di karaoke tapi pemilik malah sedang mengemasi barang-barang disana. Ia akan menutup tempat karaokenya karena keuntungannya tidak banyak.

"Jika kau ingin sesuatu dari sini, ambillah. Anggap itu pesangonmu."


Woo Seung pun membawa pulang banyak minuman. Ji Hoon bertanya, kenapa Woo Seung pulang cepat, bukannya harus kerja? Woo Seung menjawab lemah kalau ia dipecat.

Drill: Aih, kurasa kau benar-benar hebat kalau masalah pecat-dipecat. Kurasa itu memang keahlianmu.

Woo Seung: Ya, kau pasti senang. Setidaknya kau punya pekerjaan yang tidak memerlukanmu untuk dipecat.

Drill: Dasar gadis ini! Aku takkan berurusan dengan wanita ini lagi.

Woo Seung menunjukkan minumannya, ia mengajak Ji Hoon minum bersama. Drill langsung pasang wajah manis dan minta maaf, biar diajak minum juga sama Woo Seung.

Ji Hoon terkejut melihat bir segitu banyaknya. Hyun Jae langsung keluar saat mendengar bir disebut-sebut.


Akhirnya mereka duduk di luar dan minum bersama. Hyun Jae selalu memuji semuanya baik kaleng bir-nya atau makanan pendampingnya. Pokoknya Da Bong!

"Da Bong-ah, bagaimana kalau hari ini kita berhenti pakai kata 'Da Bong'? Mendengarkan kata itu darimu membuatku jadi ikutan kuno juga." Pinta Woo Seung.


Ji Hoon tidak suka Woo Seung dekat-dekat dengan Hyun Jae, ia sengaja masuk diantara mereka berdua, Hyun Jae pun mengalah dan duduk disamping Drill.


Drill bertanya, jadi Woo Seung mendapat snack dari mini market dan bir itu dari tempat karaoke? Woo Seung melarangnya minum jika tidak suka!

Woo Seung: Hei, omong-omong... Kita bisa menyebutnya ini 'pesta', tapi ini sudah bagaikan darah, keringat, dan air mataku. Jadi, berhati-hatilah. Aigo... Bagaimana hidupku bisa berakhir begini? Benar-benar menyedihkan.

Drill: Kau sedih? Ayo minum saja!

Ji Hoon: Ya, ayo minum!

Hyun Jae: Da Bong!

Woo Seung: Baiklah, Da Bong. Terserah.


Selanjutnya, mereka memasang lampu kerlap-kerlip, jadi suasana malam ini makin indah. Hyun jae akan duduk disebelah Woo Seung tapi Ji Hoon lagi-lagi menyerobotnya.


Ji Hoon merasa Woo Seung sudah kebanyakan minum tapi Woo Seung bilang baik-baik saja. Drill tidak tahu yang lainnya, tapi ia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Woo Seung.

Hyun Jae: Hah?

Drill: Woo Seung sudah tiga kali gagal.

Hyun Jae: Apa?

Ji Hoon: Kau mabuk? Kenapa kau mengatakan hal itu?

Woo Seung: Kupikir aku akan lulus kali ini. Aku juga sangat percaya diri. Semua ini karena kunyuk itu (menunjuk Hyun Jae)!

Ji Hoon: Pasti akan ada ujian lainnya. Kau pasti bisa lulus kali ini.


Woo Seung tidak mengerti, ia bahkan tak meminta banyak hal. Impiannya hanya ingin hidup layak seperti orang lain. Tapi kenapa kehidupan tidak mengizinkannya?

Hyun Jae: itu bukan mimpi.

Woo Seung: Hah? Apa katamu? Apa aku salah? Bagaiamana kau bisa menganggap hidup itu "impian"?

Hyun Jae: Bukan begitu kau menyebut "impian". Karena kita sedang membicarakannya, kenapa kau sangat ingin jadi seorang PNS? Aku yakin aku pasti akan bosan melakukan itu.

Woo Seung: Kau pikir kau siapa... berkata seperti itu padahal kau hanya tunawisma yang tinggal dirumah orang lain?

Hyun Jae: Dia berkata seperti itu karena dia tak tahu siapa aku sebenarnya. Jika dia tahu aku siapa... Benar, 'kan? Benar, 'kan?

Ji Hoon: Sepertinya kau ingat sesuatu.

Hyun Jae: Aku tak mengingat apapun.

Ji Hoon: Tak apa. Tak ada di antara kita yang mampu... tapi kuyakin kita pasti bisa melalui semuanya.

Drill: Hei, ayolah! Ada apa dengan suasana begini? Jangan begini. Ayo main game saja, ya?


Mereka main tebak judul drama. Jadi mereka nge-set waktu 1 menit trus satu persatu harus menyebutkan judul drama, muter gitu.

Woo Seung: Descendants of the Sun!

Ji Hoon: Pinocchio!

Drill: Signal!

Hyun Jae: A Tree Where Love Blossoms. [Sebuah Pohon Dimana Cinta Bertumbuh]

Jelas semua gak ada yang tahu karena itu drama jaman 90-an, mereka belum lahir. Hyun Jae menyebutkan yang lain. Three Families Under One Roof! [Tiga Keluarga Dalam Satu Rumah], Seoul Earthen Pot!, Jealousy. Tapi tidak ada yang tahu sampai waktu 1 menit itu habis.


Hyun Jae pun dinyatakan kalah dan harus minum sekaleng dalam sekali teguk.


Drill main piano, tapi kemudian Woo Seung menggesernya.


Woo Seung pandai main piano ternyata. Bahkan ia menciptakan sendiri melodi yang saat ini dimainkannya. Ji Hoon menjelaskan kalau Woo Seung dulunya anggota band.

Drill: Ini membuatku tidak nyaman. Bagaimana kalau kebiasaannya saat mabuk keluar lagi?

Hyun Jae: Kebiasaan apa?

Ji Hoon: Kebiasaan buruk yang punya permulaan, perkembangan, klimaks, dan penyelesaiannya. Jadi, jangan biarkan Woo Seung minum lagi, mengerti? Sepertinya dia sudah sangat mabuk.

Hyun Jae: Ketidak masuk akalan saat mabuk? Apa maksudmu? Apa permulaannya?

Ji Hoon: Permulaannya? Dia akan bertingkah manis.



-=Permulaan: Mulai bertingkah manis=-

Tapi Hyun Jae maupun Drill tidak menganggap skap WOo Seung itu jauh dari kata manis, malah lebih mendekati ke gila. Tapi mau bagaimanapun sikap Woo Seung, Ji Hoon tetap tersenyum manis padanya.


-=Perkembangan : Marah tanpa sebab=-

Woo Seung marah-marah pada snack, ia marah karena snack memiliki macam-macam rasa. Ia bahkan menyebut Drill cumi-cumi, lalu melemparinya dengan snack agar kembali ke laut.


-=Klimaks: Jeolla-do=-

Woo Seung akan bicara dengan logat Jeolla-do. Ji Hoon heran juga, padahal Woo Seung setahunya tidak pernah mendekati Jeolla-do


-=Penyelesaian: Dia akan seperti 'ini'=-

Woo Seung tidur dengan sangat nyenyak tak peduli dimana ia berada. Woo Seung akan menganggap tempat itu miliknya.



Drill senang karena mereka akhirnya bisa minum dengan tenang. Ji Hoon menyelimuti Woo Seung dengan kemejanya. Sementara Drill kembali melakukan siaran di internet.


Setelah selesai minum-minumnya, seseorang membawa Woo Seung ke kamarnya. Ia memakai kemeja Hyun Jae. Ia menyelimuti Woo Seung lalu mencium pipinya.


Woo Seung samar-samar melihat punggungnya saat ia akan keluar. Tapi tenang, semua itu terekam kamera Driil.


Ji Hoon mencari-cari jamnya tapi tidak ada padahal ia akan membawanya ke tukang service hari ini.


Sekretaris Young Jae tak bisa mendapat apa-apa karena informasi soal pekerja adalah bersifat pribadi. Tapi Sekretaris tidak menyerah sampai akhirnya bisa mendapatkan informasi itu.

"Jadi? Apa yang terjadi?"

"Mereka bilang dia tak bisa memberikan apapun selain nama dan nomor telepon."

"Oh! Ini dia."

Sekretaris memberikan nama Woo Seung dan kontaknya.


MJ melihat WOo Seung dijalan, ia lalu meminta manajernya untuk menepikan mobil.


MJ memanggil Woo Seung, Hei! Apa kau "Choi Woo Seung" (Pemenang pertama)?"

"Ya? Lalu?"

"Apa adikmu bernama "Joon Woo Seung" (Pemenang kedua)."


MJ pun ketawa. Ia lalu melemparkan catatan Woo Seung yang ada padanya, sebenarnya sih mau ia buang tap tidak jadi. Sebelum menutup pintu mobil, MJ mengedip pada WOo Seung. Woo Seung sih tidak peduli, ia lebih senang karena catatannya kembali.


Gwang Jae selesai memasukkan baju para artisnya ke mobil. Bo Hee bertanya, para gadis mana? Kenapa gak minta mereka membantu?

"Aku bisa melakukannya sendiri, kok."

"Aish, mereka itu sangat kekanakan. Mereka melihatmu memasukkan pakaian mereka di mobil."

"Tak apa. Oh ya, aku ada rapat di Dongdaemun jadi aku akan kesana."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Oh ya! Kau lihat kacang yang kubeli kemarin? Aku yakin membelinya kemarin, tapi aku tak bisa menemukannya."

"Tidak, aku tak melihatnya. Mungkin Ji Hoon memakannya?"

"Tidak, dia tidak bisa memakannya karena dia alergi kacang."

"Ah benar. Kurasa Sajang-nim memakannya! Dia banyak makan kacang-- Oh, kacang!"

"Hah?"

"Tidak, tidak."

Gwang Jae lalu melirik ke atas.


Hyun Jae sedang main game di atas, lalu tiba-tiba Gwang Jae melemparnya dengan roti, Gwang Jae bilang itu tidak dijual jadi Hyun Jae bisa memakannya kalau mau.

"Kau baik sekali sampai memberikan sisa padaku."

"Kalau kau tak mau, tak usah."

"Tidak, tidak! Tak apa, terima kasih."

"Itu... Selai kacang."

"Hah? Apa maksudmu?"

"Makanan yang tak bisa kau makan. Itu selai kacang."

"Benarkah?"

"Ya, aku yakin. Tapi, kenapa kau ingin tahu soal itu?"

"Hah? Ingin tahu saja."

Gwang Jae lalu ditelfon untuk segera ke Dongdaemun. Hyun Jae kelihatan ingin ikut.


Bo Hee menegur para gadis karena tidakmembantu Gwang Jae. Ia menegur mereka ala militer.


Ji Hoon mendatangi Woo Seung di tempat akademi. Ia kesana karena tahu Woo Seung tidak kerja di karaoke malam ini, ia ingin meminta tolong Woo Seung.  

"Apa?"

"Ayahku akan segera berulang tahun. Aku ingin membelikannya kado. Tapi, kau tahu, kan, aku tidak pintar untuk hal seperti ini."

Selama Ji Hoon bicara, WOo Seung fokus menatap bibirnya. Ia membayangkan kalau Ji Hoon lah yang membawanya ke kamar semalam dan Ji Hoon juga yang mencium pipinya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Ji Hoon membuyarkan lamunannya.

Woo Seung salah tingkah kepergok seperti itu, ia lalu mengajak Ji Hoon cepat-cepat bergerak.


Gwang Jae membawa Hyun Jae ke mall Dongdaemun, ia menjelaskan akan selesai sejam lagi jadi Hyun Jae harus ke parkiran sejam lagi. Mengerti?

"Hah? Tapi, aku tak punya jam tangan."

"Kau punya jam tangan, kok!"

"Oh, ini? Ini rusak."

"Kau bisa bertanya, 'kan! Aku akan meninggalkamu kalau kau tak kesana tepat waktu."


Hyun Jae sibuk memperhatikan sekitar, Woah, sangat Da Bong!


Hyun Jae berkeliling dan ia tidak sadar sudah melewati Woo Seung dan Ji Hoon yang sedang memilih sepatu.


Ji Hoon beberapa kali menunjukkan pilihannya tapi tidak ada yang bagus menurut Woo Seung.

"Jangan pernah membelikanku kado dan berikan saja dalam bentuk uang, ya?" Pinta Woo Seung.

"Aku takkan melakukannya juga, tahu."

"Baiklah. Tak usah repot-repot. Kupikir aku takkan terkesan dengan kado pemberianmu."

Woo Seung lalu menunjukkan satu sepatu yang menurutnya pas untuk Gwang Jae dan Ji Hoon langsung menyukainya.


Gwang Jae selesai berbelanja, matanya menangkap poster kontes bernyanyi, ia kepincut ingin ikutan karena hadiah utamanya adalah ponsel model baru. 


Acara sudah dimulai dan kebetulan Woo Seung serta Ji Hoon melewatinya. Pembawa acara bertanya, apa ada yang berminat. Woo Seung langsung mengangkat tangannya, lalu mengangkat tangan Ji Hoon. 

Ji Hoon tidak mau ikutan, tapi Woo Seung memaksanya. Ji Hoon kan sudah latihan selama 3 tahun, jadi apa salahnya mengambil kesempatan ini dan dapatkan ponselnya.

"Biarkan aku, sebagai teman trainee yang berbakat, memenangkan hadiahnya!" Lanjut Woo Seung.

Tapi sebagai gantinya, Ji Hoon minta Woo Seung membelikannya Samgyeopsal. Woo Seung bersedia, maka mereka pergi ke meja pendaftaran.


Disana mereka tak sengaja bertemu dengan Hyun Jae. Mereka sama-sama bertanya apa yang mereka lakukan disana. Ji Hoon bilang mhabis membeli sesuatu, Hyun Jae juga, bahkan ia menunjukkan tas belanjaannya.

"Kalau kau punya uang untuk beli baju, kau seharusnya membayar utangmu dulu!" Sindir Woo Seung.

"Aku akan membayarnya!"


Hyun Jae membahas soal kebiasaan mabuk Woo Seung semalam, ia pokoknya melarang keras Woo Seung minum lagi.

"Tapi tetap saja, aku tak membuat orang lain tak nyaman." Woo Seung membela diri.

"Tidak membuat orang lain tak nyaman? Itu yang kaupikirkan."

"Apa? Kau tak punya kebiasaan buruk saat mabuk?"

"Kebiasaan buruk saat mabuk? Oh ya, kudengar aku mencium siapapun saat aku mabuk. Setidaknya itu lebih terkesan imut."


Woo Seung langsung yakin kalau Hyun Jae lah yang membawanya ke kamar dan menciumnya. Ia kesal bukan main, lalu memukuli Hyun Jae.


Hyun Jae tidak mengerti kenapa dipukuli begitu. Woo Seung hanya menjawab kalau Hyun Jae memang pantas dipukul dan harusnya Hyun Jae bersyukur karena ia hanya memukuli Hyun Jae.

Woo Seung mengusap pipinya kesal, "Ugh. Setidaknya kau menganggapku cantik!"

"Apa yang kaulakukan? Oh ya, pekerja paruh waktu. Karena kau memukuliku, aku akan menggunakan namamu. Aku tak bisa memakai nama "Da Bong"."


Giliran Ji Hoon yang tampil, ia menggunakan nama panggung "Pangeran Dongdaemun". Tapi setelah ia ada di atas panggung, ia memperkenalkan nama asli dan tempat tinggalnya.

"Ya. Apa Anda mahasiswa?"

"Ya."


Gwang Jae bicara dengan seseorang disana, ia memastikan kalau artisnya akan pergi kemanapun fans mereka berada. Lalu ia menyinggung soal kontes nyanyi yang ada di lantai bawah, apa itu acaranya?


pembawa acara memuji ketampanan Ji Hoon yang katanya bisa jadi artis. Ji Hoon lalu menunjukkan bakatnya nge-dance.


Setelah selesai, Ji Hoon mendapatkan banyak tepuktangan, pengacara bahkan yakin kalau Ji Hoon akan keluar sebagai pemenangnya. Ji Hoon lalu kembali ke samping Woo Seung.

"Wow, tidak buruk, Lee Ji Hoon!"

"Aku harus tampil karenamu!"

Tapi mereka berdua sama-sama tersenyum.


Setelah Ji Hoon, giliran Hyun Jae yang maju. Woo Seung was-was, ia takut malu karena yakin Hyun jae tidak memiliki kemampuan, hanya ingin ponselnya saja.

"Namaku Choi Woo Seung, usiaku 23 tahun." Perkenalan Hyun Jae.

"Anda... berusia 23 tahun? Melihat cara berpakaianmu, kupikir Anda sudah berusia 43 tahun!"

Bukan hanya itu, Ji Hoon juga akan membawakan lagu lama (lagunya) yang berjudul "Tell Me".


Tanpa disangka-sangka Ji Hoon sangat bagus membawakan lagu itu. Ya iyalah, orang dia penyanyi aslinya. Woo Seung terkagum-kagum, sementara Ji Hoon seperti merasakan sesuatu, tatapannya aneh.


Sampai selesai pun Ji Hoon tetap menatap aneh Hyun jae padahal Hyun jae mendapat banyak tepuk tangan dari para penonton termasuk Woo Seung.

Woo Seung: Da Bong! Itu tadi sangat bagus!

Hyun Jae: Kenapa? Apa aku keren?

Woo Seung: Tidak, tidak terlalu hebat juga. Setelah dilihat-lihat, kau sedikit mirip Yoo Hyun Jae.

Ji Hoon: Apa maksudmu?


Woo Seung keluar sebagai juaranya dan berhasil mendapatkan ponsel. Ia lelu mengajak Woo Seung foto untuk merayakannya, Woo Seung mengajak Ji Hoon ikutan juga sebagai bentuk pengabadian.


Hyun Jae keluar sebagai juaranya dan berhasil mendapatkan ponsel. Ia lelu mengajak Woo Seung foto untuk merayakannya, Woo Seung mengajak Ji Hoon ikutan juga sebagai bentuk pengabadian.

Tapi sebelum foto, Ji Hoon melihat jam tangan Hyun Jae. Ia mengenali jam itu sebagai miliknya.

"Sudah kubilang jangan sentuh milik orang lain, 'kan?" Kesal Ji Hoon.

"Orang lain? Apa maksudmu?"

"Itu jam tanganku."

"Apa katamu? Ini milikku, tahu!"

"Kembalikan. Biar aku memeriksanya."

Hyun Jae pun memberikannya pada Ji Hoon. Ji Hoon memastikannya dan inisialnya berbeda. Woo Seung turun tangan, ia melihat jam itu dan memang bukan inisial nama Ji Hoon.

"Jam ini... pemberian Ayahku." Jawab Ji Hoon.

"Apa? Pemberian... Ayahmu?" Tanya Hyun Jae.


Lalu Gwang Jae datang, bertanya apa yang Ji Hoon lakukan disana. Ji Hoon terkejut begitupula Hyun Jae.

-= E P I L O G =-


Hyun Jae mencopot kemejanya lalu dipakai Drill karena merasa kedinginan. Tapi Drill tak sengaja menumpahkan bir ke kemeja Hyun Jae, akhirnya Hyun Jae meminta kemejanya kembali.


Hyun Jae ingin makan ramyun. Ji Hoon mengalah, ia akan pergi membelinya. Hyun Jae lalu melemparkan kemejanya pada Ji Hoon.

"Hei! Pakailah. Cuacanya dingin." Kata Hyun Jae.


Dan setelah mereka bersih-bersih, Ji Hoon membawa Woo Seung ke kemarnya. Ia menyelimuti Woo Seung, mencopot kacamata Woo Seung lalu mencium pipi Woo Seung.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis The Best Hit Episode 10

0 komentar:

Posting Komentar